[FF] Red Day

Title: Red Day
Author: wufanneey
Genre: Romance
Rating: PG
Length: Drabble
Pairing: Sehun/Sooyoung
A/N: dibuat demi memenuhi asupan Dressages (Soohun-shipper) dan termasuk ke dalam rikues Kak Elisa, semoga yang kali ini married-life-nya kerasa (dan selamat tahun baru semuanya ailavyu).

***

Selama ini Sehun belum pernah bermasalah dengan sesuatu bernama kepekaan—maka ia tidak merasa salah ketika Sooyoung menghentakkan heels-nya terlalu keras hingga Sehun merasa tumpuan kakinya dijadikan target. Ia tidak banyak berkomentar. Mereka mungkin pasangan yang punya banyak kesamaan namun dalam hal-hal sensitif, tidak terlalu. Sooyoung selalu menyusun skejul-nya secara metodis dan rapi sedangkan ia tidak. Bagi Sooyoung, senyuman dan cita-cita anak didiknya bagai denting lonceng masa depan. Namun dirinya, mencoba memahami, ia paham betul bagaimana Sooyoung serius sekali mengenai kegiatan instruksional di kelas begitupun sebaliknya.

Jadi Sehun berpikir, mungkin ia hanya lelah. Apakah murid-muridnya berbuat ulah? Sehun ingin bertanya namun sebatas tertahan di tepi lidah ketika Sooyoung beraura tak lazim pembunuh haus darah.

Sehun—tadinya—membiarkan Sooyoung dengan dunianya, saat ini, namun perut ramping wanita itu terlihat ingin dipeluk, maka Sehun memberinya pelukan hangat dari belakang, berharap dapat meredakan sedikit sakit yang tidak ia mengerti. Tidak ada gerakan tambah, artinya Sehun punya alasan untuk memeluknya lebih lama. Meski ia kecewa di lain sisi sebab—mungkin saja ia tak bisa menyikap piyamanya dan menerima cakaran di punggung nanti malam.

“Apa sesakit itu, rasanya? Setiap kali?” kepalanya bergerak condong mengendus bau tubuh Sooyoung. “Bau bacon.”

“Tidak ada waktu untuk masak,” pelukan Sehun kian erat, tentu saja ia tahu bagaimana jam terbang Sooyoung belakangan ini. Ditambah endusan lain pada cuping telinga dan tengkuk—geli. “lagipula aku makan yang organik.”

“Tetap saja namanya junk food.”

Tubuh wanita itu berbalik, berbisik, “hah.”

“Bau. Mandi dulu sana.” Sehun mengelus poninya, dengan sayang. Rasanya sudah lama sekali sejak ia dapat melihat wajah Sooyoung begitu jelas di rumahnya (rumah mereka) sendiri. Helaiannya telah memanjang, hampir membuatnya tak dapat mengintip bening kulit keningnya.

“Kau suruh aku mandi tapi tidak melepaskan pelukan,”

Tawa Sehun berdenting. “Aku ingin menggosok punggungmu.”

“Selain itu jangan lakukan hal lain, ya.”

“Tidak jamin, sih,” Sehun menekan punggungnya, mengecup puncak kepalanya, keningnya, kedua kelopak matanya, ujung hidung, pipi—wajahnya.

“Aih … rasanya memang sakit, kau tidak akan mengerti,” Sooyoung mengingatkan Sehun akan pertanyaan awalnya, nun kecupan-kecupannya tak kunjung berhenti. Lembut sekaligus geli.

Hingga sepasang bibir itu berhenti tepat di depan bibirnya, “Kau bisa salurkan rasa sakitnya padaku.”