[FF] An Involved Lover [Eight – That Singing Prince 2/2]

AIL SooHun copy

“An Involved Lover”

 

Casts: Choi Sooyoung, Oh Sehun.

As tagged: Suho, Chanyeol, Suzy, Lay, Kyungsoo.

G-rated. l Fluff/Romance/Comedy. l Chaptered. l Indonesian.

Plot © wufanneey (@WayneFanneey)

Characters © they belong to God and themselves.

 

***

Chapter Eight – That Singing Prince (Bagian Dua)

 

Tanpa Sooyoung sadari tangannya sudah mengudara, lantas mendarat di puncak kepala Suho, mengelusi surai hitam pendek itu, dengan lembutnya. Jadi Suho mengangkat kepalanya, hingga mereka beradu pandang. Disertai tatapan teduh dan suara sedamai aliran sungai, Sooyoung bertanya, “Apakah… Apakah aku pernah melihatmu?”

 

Suho menatap Sooyoung bingung. “Apa maksud Sonsaengnim?”

 

Ah… Gawat.

 

Sooyoung terhenyak, beberapa saat. “Lu-lupakan saja… Mana mungkin… Baru saja kita berkenalan…” kesadarannya pulih seketika. Sooyoung lantas membungkukkan badannya sembilan puluh derajat, “Saya yang salah! Tolong maafkan!”

 

Mata Suho membulat. Dengan panik pemuda itu mencegah Sooyoung membungkuk-bungkuk lagi. Bisa berabe, bila ada yang melihatnya. “Ah, anieyo. Yang minta maaf seharusnya saya… Maafkan saya, Sonsaengnim…” Mendengar itu, Sooyoung mengangkat dagunya pelan. Suho kembali melanjutkan, “Tidak ada hal yang sebegitu hebatnya. Hanya… saya merasa enggan menyanyi di depan orang lain saja. Hanya itu… alasan yang tidak berarti.”

 

“Hah? Dasar bodoh.” Sooyoung mendekat, tanpa bisa dikendalikan mulutnya mengatai Suho bodoh. Namun dia tak peduli lagi, kini ditatapnya Suho dengan teduh. Tangan Sooyoung terangkat otomatis dan mendarat di puncak kepala Suho, lagi. Juga mengelusinya, lagi.

 

Suho mengerjapkan mata, wajahnya tiba-tiba menjadi panas. Elusan tangan Sooyoung begitu hangat dan lembut dan… “Sa-sam…”

 

Ting! Sooyoung mengedipkan manik bulatnya sekali. Ting! Sekali lagi.

 

Hah?

 

Gawat!

 

Apa yang kulakukan? Tanpa sadar aku memperlakukan Suho seperti aku memperlakukan Sehun? Mwoya igeeee?!

 

Secepat kilat Sooyoung menarik lagi tangannya. “Ma… Maaf!” Sooyoung mengeplaki punggung tangannya sendiri dengan gaya aneh. “Aduh, tangan ini kadangkala bergerak semaunya sendiri, tidak bisa kuatur… hahaha. Jangan salah sangka ya, aku nggak niat yang aneh-aneh kok!”

 

“Bukan itu maksudku, Sam…” Suho menyangkal. Dia menatap Sooyoung, setelah dia merapikan rambutnya yang tadi Sooyoung elusi. “Hanya aku baru tahu, ternyata Sonsaengnim orangnya aneh, ya.” Ungkapnya kemudian.

 

Mwo?” lagi-lagi, Sooyoung meruntuki mulutnya yang selalu ceplas-ceplos sembarangan tanpa dipikir dua kali.

 

Suho menunduk, menatap sepatu cokelatnya yang berkilap. Dia berucap lagi dengan nada yang lebih pelan dari sebelumnya, “Baru sekarang saya diperlakukan lemah lembut seperti ini dari orang selain keluarga. Apalagi oleh seorang Guru yang ibaratnya tidak cukup akrab dengan saya.”

 

“Eh? Kenapa? Kamu terkenal, kan?”

 

Shut up! You and your mouth, Choi! Terkenal? Tentu saja. Fansnya bukan hanya anak perempuan, tapi ada beberapa anak laki-laki yang mengagumi sosok Kim Joonmyun itu.

 

Suho mengulum senyum ambigu, “Begitu, ya? Tapi itu mungkin,” ucapannya menggantung di langit-langit. Detik berikutnya dia melanjutkan, “Rasanya itu bukanlah ketenaran milik ‘Saya’…”

 

Sooyoung terkesiap.

 

“Karena yang sedang dilihat orang-orang seperti itu… ‘Shinju’s Song Prince’ dan ‘Tuan Muda dari Keluarga Seni’… itu bukan saya. Itu berarti ketenaran keluarga, latar belakang saya. Bahkan saya tidak yakin akan mendapat julukan seperti itu jika tidak dilatari dengan segala tetek bengek yang bodoh tadi.”

 

Ya, seperti yang dikatakannya tadi.

 

Dan, itu adalah pengakuan terakhir Suho dengannya siang menjelang sore itu. Dengan berkata begitu… melihat jelas raut wajah Suho yang tersenyum paksa. Tidak salah lagi, rasanya benar-benar mirip dengan seseorang yang Sooyoung kenal.

 

Hanya satu fakta yang diketahuinya di sini: Ingatannya payah.

 

Jadi, siapa orang itu?

 

***

 

Ruang Seni.

 

“Fufufu… Sonsaengnim ganti bajunya lama, yah.” Baru selangkah memasuki ruang seni, Sooyoung langsung disuguhi tatapan dan ungkapan ‘penuh cinta’ dari Chanyeol.

 

“Hahaha… Habis bajunya nggak kering-kering, sih.” Sooyoung membalasnya dengan tawa ‘penuh cinta’ yang berbanding terbalik. Menyebabkan kondisi tidak imbang dan satu pukulan telak di terima Sooyoung dari Chanyeol.

 

Bletak!

 

“Yah! Dasar murid kurang ajar!” Sooyoung mengelusi kepalanya yang baru kena pukul oleh palet Chanyeol. Seketika Ketua Klub yang terhormat itu memerinya glare mengerikan.

 

“Daripada Sam, tukang mangkir! Memangnya aku tidak tahu Sam kemana, hah? Kau ke ruang Klub Paduan Suara, kan?” tuntutnya galak.

 

Sooyoung terkejut. “Bagaimana kau tahu?” walau setelahnya aku tidak ke situ, sih.

 

“Aku punya banyak koneksi, tahu.” Desis Chanyeol.

 

Tiba-tiba Sooyoung teringat sesuatu. “Seohyun, ya?” tebaknya asal. Namun benar, Chanyeol tersenyum mencurigakan.

 

Sebelum ruang seni itu jadi tempat adu tempur Guru dan Murid, cepat-cepat Suzy datang dan mengendalikan situasi. “Sebenarnya tadi ngapain aja, Sam? Sehun jadi cemas, loh!” katanya—berusaha menengahi. Ah, anak itu. Benar juga, kemana dia?

 

Sooyoung menoleh. “Sehun?”

 

Dibalas Suzy dengan anggukan penuh. “Iya, setelah membelikan jus untuk kami semua, seharusnya dia berada di ruang perlengkapan seni, coba saja Sam lihat dia ke sana. Daritadi dia belum balik, kayaknya kesulitan cari lukisan kontes, deh.” Usul Suzy dan langsung diangguki Chanyeol.

 

Sooyoung berpikir sejenak. Sebelum dia mengangkat bahu lalu menuju ruang perlengkapan seni yang dimaksud tadi tanpa mengucap apa-apa lagi.

 

***

“Sehunie… kau di sini?” Sooyoung melongokkan kepalanya ke ruang penuh debu itu. Sesekali mengibas-ngibas tangannya di depan wajah. Menghalangi ribuan partikel kotor yang melayang di udara yang sungguh membuatnya ingin bersin.

 

“Ah, Noona!” yang dipanggil—Sehun—menoleh dan tersenyum cerah.

 

“Lagi ngapain di ruang perlengkapan?” sang Noona yang diserukan tadi menanyainya, dan berjalan mendekat.

 

“Seharusnya aku yang tanya begitu,” Sehun memutar bola mata, lalu berdecak. “Habis Noona kemana saja, sih.”

 

Bukannya menjawab, Sooyoung malah menampakkan deretan giginya yang tersusun rapi—walau tak serapi milik Tuan Park Ketua Klub mereka.

 

“Ketua menyuruhku mengambil beberapa lukisan di sini, tadi,” Sehun menghela napas pendek. “Katanya di pameran ulang tahun sekolah nanti mau memajang juga karya yang terpilih dalam kontes sebelumnya—”

 

“Sudah dibilangin soal itu, ya? Guru Kepala kan yang bilang?”

 

Sehun menggerutu karena Sooyoung menyela penjelasannya, tapi detik berikutnya dia kembali menutur dengan kesabaran dibuat-buat, “Makanya, aku lagi mencarinya, tapi—”

 

“Nggak ketemu, ya? Bukan di sebelah situ, di sebelah sini. Di sebelah situ yang lama-lama.” Sooyoung menunjuk rak paling ujung dengan dagunya, dimana lukisan-lukisan tersusun rapi, bertumbuk di pojok kanan bawah rak. Ada juga beberapa yang sengaja di pajang di samping rak.

 

Noona! Kau menyela ucapanku lagi! Tadi—”

 

“Bekas bongkar-bongkarnya diatur lagi yang rapi, dong. Aish, kau ini.” Tanpa Sooyoung sadari dia sudah memotong perkataan Sehun lagi, dia mendekati Sehun lantas merapikan serakan lukisan yang tadi diambil-bongkar Sehun. Lalu meletakannya lagi di tempat semula agar tak terlihat berantakan.

 

“Yaisshh, Noonaaaa… Sekali lagi kau menyelaku—”

 

“Jangan mengeluh, bantu aku rapikan ini dulu.”

 

“Ya—Eh, lihat ini!” tadinya mau marah, tapi tidak jadi karena untungnya manik Sehun menangkap gambar figur seseorang dalam kanvas yang dibingkai cokelat muda diantara lukisan yang terpajang di dinding ruangan, di paling sudut. Sebuah lukisan. Diambilnya lukisan itu, dibersihkannya debu-debu yang menempel di pinggiran bingkai, lantas dia tersenyum lebar. “Hei, hei, Noona masih ingat ini?”

 

Spontan saja Sooyoung yang tengah mengangkat sekotak kardus berisikan lukisan lama itu cepat-cepat meletakannya di atas rak, lalu dia pun berjalan menghampiri Sehun. Ikut melongokkan kepalanya mengamati lukisan itu. “Ng?” sebelah alisnya terangkat beriringan dengan gumaman heran itu terlontar dari bibir tipisnya.

 

Sehun menunjukkan figura berisi lukisan itu pada Sooyoung yang berdiri di sebelahnya. Mereka mengamatinya seksama. Dan, detik berikutnya Sooyoung tersadar akan sesuatu. Cling!

 

“Ah, gambar ini ya… Tentu saja aku masih ingat, yang terpilih di kontes pertamamu sejak tahun ajaran baru kau masuk sekolah ini, kan? Apa aku salah?”

 

Sehun mengangguk. “Betul. Ingatanmu bagus juga, kukira sudah termakan usia.”

 

“Yah!” Sooyoung mencubit pinggang Sehun membuat pemuda itu meringis kecil. “Kau pikir aku sudah tua?!”

 

“Ck, cuma bercanda juga. Iya, deh Noona masih muda, masih cantik. Puas?” Sehun kembali melayangkan pandangannya pada lukisan di genggamnya. Senyum itu tertarik dengan sendirinya dari wajah tampan Sehun. “Kalau melihatnya lagi seperti ini,  aku jadi terkenang waktu itu… Iya kan, Noona?”

 

Slash.

 

Sooyoung terhenyak beberapa saat. Dibenaknya berkelebat masa-masa dimana Sehun melewati kontes melukis di tahun pertamanya. Teringat lagi. Sooyoung menyadari sesuatu. Gotcha, that’s it.

 

Noona?” Sehun menatapi raut wajah Sooyoung yang berubah aneh. “Hei, Sooyoung-noona?” panggilnya sekali lagi, namun tetap tak mendapat respon dari wanita jangkung itu.

 

Wajah Sehun yang tanpa sadar semakin mendekat, dan napas pemuda itu juga mengenai kulit wajahnya berkali-kali, barulah Sooyoung tersadar. Reflek dia mendorong bahu Sehun, dengan gugup.

 

“Su-sudah ya, aku harus pergi.” Katanya sedikit terbata, sebelum secepat kilat siluet tubuh wanita itu menghilang dari pandangan membingungkan Sehun.

 

Sehun mengangkat bahu lalu kembali menekuni kegiatannya, mencari lukisan para peserta kontes.

 

Dari luar, Sooyoung termenung. Dia tidak benar-benar pergi atau ada urusan atau apapun, tadi itu hanya alibinya saja. Saat ini dia perlu sendiri untuk mencerna semuanya. Semua yang sempat membingungkannya.

 

Benar, tidak salah lagi.

 

Suho…

 

Mirip dengan Sehun. Sangat mirip dengan Sehun…

 

Saat menggambar lukisan itu.

 

***

 

Esoknya, bel ganti pelajaran baru menyuarakan dirinya dan dengan cepat Choi Sooyoung melangkah semangat menaiki tangga, menuju rooftop, di tempat kemarin dia bertemu Suho.  Walaupun sekolah libur namun banyak klub ekstra yang menggunakan gedung sekolah, jadi belnya memang tetap dibunyikan seperti biasa. Niatnya sih, menemui seseorang yang tak memiliki janji apapun dengannya. Kim Joonmyun, sekali pun pemuda itu akan terganggu karena kehadirannya tapi Sooyoung tidak peduli. Sooyoung akan tetap menemuinya, hari ini. Untuk mendengarkan nyanyiannya, menungguinya hingga selesai, lalu berbicara kepadanya.

 

“Hari ini Sonsaengnim juga ada, ya.” Itulah kalimat pertama yang Sooyoung dengar kala melihat wajah kusam Suho yang melihatnya baru datang. Seperti jemuran bajunya kemarin, kusam sekusam-kusamnya.

 

Sooyoung mengusap belakang kepalanya. “Biarpun bercanda, masa sama Guru ngomongnya seperti itu?”

 

“Maafkan saya.” Walau berkata dengan nada tulus, namun Sooyoung tak melihat ketulusan terpancar dari wajah Suho saat mengucapnya. “Bagaimana kegiatan Klub Seni?” sepertinya Shinju’s Song Prince yang Suzy bilang anti-sosial itu sudah mulai mau berbasa basi dengan Guru Choi kita, eh? Apa ini yang di sebut suatu permulaan baik?

 

“Nggak ikut.” Sooyoung menjawab acuh.

 

Di lain tempat di waktu yang sama, Park Chanyeol membaca secarik note kecil yang terselip di jendela dalam ruang seni dengan api berkobar-kobar di bola matanya. “Titip dulu Klub. Choi Sooyoung.” Di sampingnya Sehun tengah bersujud memohon maaf pada sang Ketua.

 

Cukup, kembali pada Suho dan Sooyoung di atap sekolah…

 

“Jangan pedulikan kehadiranku, silahkan latihan saja.” Kata Sooyoung santai. Setelah dia melandaskan bokongnya pada kursi kayu dan bersandar dengan nyaman. “Aku juga ingin dengar nyanyianmu lagi.” Sambungnya dengan seulas senyum tulus—yang pernah diajarkan Baekhyun padanya. Juga antusias berlebihan—yang ini dipelajarinya sendiri dari Baekhyun.

 

“Tetapi… kalau menyanyi di depan orang, saya…” Suho tampak ragu-ragu, dia menggaruki lengannya dengan tidak nyaman. Dan, Sooyoung menyadari ketidaknyamanan pemuda itu.

 

Merasa keadaan mulai awkward, Sooyoung cepat menyela, “Jangan pikirkan itu.” Dia sendiri pun merasa aneh, belakangan ini dia sering menyela perkataan orang lain. Padahal, itu, kan, tidak sopan. Hey! Dia seorang Guru, benar? Dan ketidaksopanan itu… Oh, lupakan saja.

 

Suho menoleh padanya yang masih memasang senyuman penuh. Sangat cerah, mengisi sesuatu di dalam hatinya. Bisa jadi, kecerahan yang bahkan menyaingi cerahnya mentari musim panas. Dan, entah kenapa rasa yakin itu tiba-tiba timbul dalam diri Suho, walau pemuda itu masih enggan mengaku.

 

“Entah kau ‘Tuan Muda’ ataupun ‘Pangeran’… Aku menyukai nyanyianmu, lagumu, suaramu. Aku menyukainya karena itu kau. Bukan ‘Tuan Muda’ atau apapun itu.”

 

Suho tertegun. Antara percaya dan tidak walau sangat ingin dia percaya. “Sam…”

 

“Biarpun hanya mendengar satu kali, aku mengerti, kok. Kalau kau ‘Song Prince’ sejati yang benar-benar suka menyanyi dari hati. Julukan itu sangat pantas untukmu dan kemampuanmu.”

 

Suka menyanyi?

 

“Ayah, tolong dengar… Aku sudah hapal lagu yang baru!”

 

“Ah, Joonmyunie benar-benar pandai menyanyi, ya.”

 

“Ne! Aku tidak pandai bermain harpa seperti Ibu atau membuat lagu seperti Noona, tapi… Kalau menyanyi, aku bisa mengalahkan Ayah, bahkan siapapun!”

 

Perasaan seperti itu…

 

“Selamat telah meraih penghargaan terbaik kontes menyanyi!”

 

“Anda memang putra dari penyanyi ternama, Kim Joonmyun-ssi!”

 

Entah sejak kapan…

 

Terkubur…

 

“Bagus, ya, Tuan Muda.”

 

Terhanyutkan…

 

“Song Prince?”

 

“Cowok yang beken itu, kan?”

 

Dan kian menghilang…

 

“Song Prince menu latihannya tidak sama dengan kita…”

 

“Kupikir lama-lama dia bisa memandang rendah kita.”

 

“Dia sombong, kalau bertemu denganku tidak pernah menyapa pula. Padahal kenal.”

 

“Tampan sih, tapi punya etika seperti itu siapa yang mau mendekatinya?”

 

“Kau benar. Jadi, cuma julukan saja yang keren, kan?”

 

Aku takut kalau itu terjadi…

 

Suho mengepalkan tangannya, keras. Sampai keringat mengucuri jari-jarinya, dan menjatuhi atap satu-satu. Sooyoung melihat jelas, pundak Suho naik-turun saat menutur sebuah kalimat, “Sonsaengnim… memangnya anda mengerti apa soal ini…”

 

“Mengerti, kok.” Sela Sooyoung cepat. “Aku kenal dua orang yang mirip denganmu.” Ungkapnya yakin.

 

Suho mendongak. “Eh…?”

 

“Yang seorang,” Sooyoung memulai, “Terus mempertahankan rasa ‘suka’nya dan berhasil membuat orang-orang di sekitar mengakui kemampuan dirinya. Kemudian yang satunya lagi…”

 

Orang bodoh yang mengabaikan perasaan ‘suka’nya. Sooyoung menyambung dalam hati, entah karena apa dia enggan mengucap kalimat itu. Cukup, dia, yang, tahu.

 

Choi Sooyoung menarik napas dalam, kemudian dikeluarkannya dalam satu kalimat panjang, “Yeah, orang yang satunya lagi, terserah mau bagaimana…” tanpa disadarinya sedari tadi dia meremas-remas jemarinya, hingga memerah.

 

“Maksud Sam?”

 

“Lupakan saja orang yang kedua, dia sangat bodoh.” Sooyoung tersenyum lagi, kali ini nyinyir, tersirat kekecewaan yang mendalam namun entah ditujukan untuk siapa. Berbeda dengan senyum sebelumnya. “Tapi, orang yang pertama, meskipun menjadi murid penerima beasiswa dengan kemampuannya… Dia digosipkan bisa masuk sekolah dengan ‘koneksi orang dalam’…”

 

Lagi-lagi, Suho merasa sesuatu terangkut dalam dirinya. Dia merasa… sama.

 

Sooyoung melanjutkan, “Gosip itu muncul tepat sebelum kontes. Mantan Guru Seni yang tidak tahan melihat dia kesusahan, berkata, ‘Kalau berat, perlombaan kali ini dilewatkan saja.’ begitu katanya.” Jeda sesaat. Satu helaan napas kemudian untaian kalimat itu Sooyoung lanjutkan, “Tetapi anak itu… dia bilang…”

 

“Tidak apa-apa, Noona. Biar dibilang bagaimana pun oleh orang… Aku hanya menggambar gambaranku sendiri.”

 

Bodoh.

 

“Wajahnya yang tersenyum dipaksakan seperti itu, mirip sekali denganmu, Suho.” Simpul Sooyoung, sepihak. Tapi tak dipungkiri Suho mempercayainya.

 

Suho dibuat terpengkur sesaat. Membuat jeda sesaat lagi diantara mereka. “Kemudian orang itu… di kontes itu… apakah dia…”

 

“Dia ikut,” kata Sooyoung cepat. “Sudah kubilang di awal tadi, kan? Dia berhasil membuat orang-orang di sekitar mengakui kemampuannya.” Senyum kecil terbentuk dengan sendirinya di wajah Suho, bercampur kagum dan takjub. Sementara Sooyoung memandangi langit biru yang menyelimuti Seoul dengan senyum yang sama. “Lalu, di upacara pemberian penghargaan, tahu dia bilang apa?”

 

Suho menggeleng. Sooyoung memejamkan matanya beberapa saat, membiarkan terpaan angin hangat menyentuh kulit wajahnya. Memenuhi rongga ingatnya. Bayang-bayang wajah orang itu dan ucapannya tatkala itu terekam jelas di mengisi memori otaknya…

 

“Aku… sangat… suka menggambar!”

 

“Payah. Itu ucapan murid SD, kan. Apa dia tidak punya pidato yang lebih rasional?” Dihelanya napas maklum, sebelum tawanya pecah dan berbaur dengan teriknya sinar mentari.

 

“Gosipnya… apakah berhenti?” tanya Suho hati-hati.

 

“Hm,” gumam Sooyoung. “Gambar miliknya yang berhasil diselesaikannya itu bukti yang melebihi apapun. Dan juga…”

 

“Dan juga?” Suho kembali memasang baik-baik kupingnya. Sungguh, sepenggal kisah orang itu yang ‘entah siapa’ menarik rasa simpati, kagum, dan takjubnya di saat yang bersamaan.

 

“Waktu mendengarkan lagu Suho, muncul perasaan yang sama dengan waktu aku melihat gambar anak itu.” Jelas Sooyoung, Suho bisa mengerti.

 

Hanya perasaan ‘suka’ yang tersampaikan secara langsung…

 

“Kalau memang suka, berlapang dadalah dengan rasa suka itu, Suho. Kalau memendamnya, lama-lama kau akan jadi seperti orang bodoh yang kubicarakan itu, loh.” Sooyoung mengacung-acungkan jari telunjuknya di depan wajah Suho. Dengan mimik wajah galak dibuat-buat.

 

“Sooyoung-sam?”

 

“Yosh!” Sooyoung beranjak dari duduknya. Sontak mengejutkan Suho yang berdiri di hadapannya. “Sekian, nasehat selesai!” wanita bermarga Choi itu merenggangkan kedua tangannya, mengangkatnya ke udara tinggi-tinggi. “Ah, ternyata menasehati murid capek juga, ya. Aku bukan Guru Konsultasi sih sebenarnya. Oleh karena itu, Suho… tolong nyanyikan sebuah lagu penghilang rasa lelah untuk Gurumu ini, dong.”

 

“Huh? Ke-kenapa jadi begitu? Sebenarnya lagu penghilang rasa lelah itu apa? Bukannya itu namanya anda mau seenaknya sendiri?!” tanya Suho sewot.

 

“Ahaha, sekarang Suho sudah bisa berbicara lebih dari dua kalimat padaku, ya? Nggak, nggak, aku bercanda. Aku hanya ingin mendengar lagumu saja, hehe.”

 

“Dasar. Sooyoung-sam itu benar-benar… orang yang aneh.” Walau berkata dengan kalimat sindiran yang menusuk hati seperti itu, namun kini Sooyoung dapat melihat senyum tulus Suho saat mengatakannya. Kedua ujung bibir Sooyoung tertarik membalas senyum.

 

“Jika tak mau menyanyikanku sebuah lagu,” Sooyoung melambaikan tangan sekilas sebelum tungkai panjangnya menuruni tangga lebih dulu. “Geurae, sampai nanti.”

 

Suho mencegahnya sebelum itu terjadi—sebelum Sooyoung pergi. “Sonsaengnim, mohon tunggu sebentar.”

 

“Ada apa? Kamu juga mau kembali ke bawah?”

 

“I-iya. Saya mau berlatih bersama semuanya di Klub Paduan Suara. Ini berkat Sonsaengnim, terimakasih banyak.” Tuturnya tulus.

 

“Tidak masalah.” Respon Sooyoung tenang. Secarik kebahagiaan tersendiri muncul begitu saja, membuat perasaan janggal itu menjadi lega.

 

Noona…”

 

Deg.

 

Kelegaan yang datang tiba-tiba berubah bencana. Rasanya kenal dengan suara itu… atau memang kenal, hahaha.

 

Untuk itu Sooyoung menolehkan kepalanya ke belakang. Sedangkan Suho memasang tanda tanya besar melihat seorang anak laki-laki berambut cokelat muda tiba-tiba muncul dengan berkotak-kotak jus aneka rasa di pelukannya—dengan emosi menggebu-gebu pula.

 

“Dari atas atap yang tidak kelihatan orang… berduaan saja… padahal masih ada aku…” katanya—anak laki-laki yang muncul tiba-tiba itu—terputus-putus. Nametagnya Oh Sehun.

 

“Pe… Pergilah, Joonmyun-ssi…”

 

NOONA! DASAR TUKANG SELINGKUH!”

 

***

 

“Apa?”

 

Oh Sehun membuka mulutnya lebar-lebar setelah mendengar penuturan panjang lebar Kim Joonmyun. Dibalas sang kakak kelas dengan anggukan singkat. Sehun menggumam kecil sebelum kembali menyeruput jus apel kotakannya.

 

“Jadi, cuma sedang konsultasi saja, ya?”

 

“Begitulah.” Sahut Suho singkat, sembari memegangi sedotan jusnya. Sebaiknya bilang begitu, pikirnya.

 

“Ehehe, lega rasanya.” Sehun cengengesan. Tanpa ada rasa bersalah telah membentak-bentak sang Noona dengan embel-embel tukang selingkuh di atap sekolah tadi.

 

“Tadi Sonsaengnim membangga-banggakan Oh Sehun-ssi, loh. Katanya kau terpilih di kontes…”

 

“Eh?!” Sehun tampak salah tingkah, dia menggaruki tengkuknya dengan gaya aneh. “Tapi kan selesainya gambar itu pun karena Noo—Berkat bantuan Choi Sooyoung-sonsaengnim, kok.” Ucapnya disertai ralat. Hampir saja menyebut Noona. “Waktu sedang menggambar, sejujurnya… Berkali-kali rasanya mau putus asa. Tetapi, Noo—Sooyoung-sam tanpa henti memperhatikan dan mendukungku. ‘Kamu nggak akan putus asa gara-gara hal seperti ini, kan?’ katanya setiap kali menyemangatiku. Karena dia datang dengan muka yang memelas seperti itu… ya apa boleh buat.” Sehun tertawa saat mengingatnya. Sooyoung memang selalu di sampingnya pada masa-masa itu. Ah, jadi ingin kembali dan bersama-sama Noona seperti itu lagi. sementara sang Noona yang dibicarakan tengah memejamkan mata di ruang guru—tiba-tiba sakit kepala karena ocehan Sehun barusan.

 

Suho mendengarkan dalam diamnya.

 

“Andai waktu itu Noona tidak ada di sisiku,” Sehun menerawang. Dia tidak sadar telah mengucap kata ‘Noona’ dengan jelas. “Aku akan hanyut terbawa macam-macam perasaan tidak mengenakkan. Dan, mungkin jadi tidak suka menggambar.”

 

“Jadi sedikit ngiri, ya.” Suho memegang dagunya. Benaknya diliputi satu fakta lagi.

 

Selain menggambar, kupikir dia punya satu lagi rasa ‘suka’ yang besar.

 

Itu pasti…

 

Perbedaan yang besar antara aku dan dia…

 

“Tadi Sunbae ngomong sesuatu?”

 

“Ah, nggak.” Elak Suho. “Hanya saja… Aku akan pentas di ulang tahun sekolah bersamaan dengan Klub Paduan Suara. Kalau bisa, datang ya. Dengan Choi Sooyoung-sonsaengnim juga.”

 

“Ya, pasti!” Sehun mengangkat salah satu jempol tangannya. “Kalau begitu, silahkan datang berkunjung ke tempat Klub Seni juga, Sunbae.”

 

“Hm…” gumam Suho seraya menyedot jus jeruknya.

 

Aku tidak akan mengecewakan siapapun lagi… akan berlapang dada pada rasa ‘suka’ yang kumiliki.

 

***

 

Di lain pihak, di Ruang Seni, Klub Seni Lukis.

 

“Sehunie katanya mau beliin kita jus lagi kan? Kok berasa lama amat, ya?” gumam Lay. Bertopang dagu di mejanya. Suzy mengangguk dari tempatnya duduk sedangkan Kyungsoo terlihat acuh tak acuh menanggapi, kembali sibuk dengan kanvas dan kuasnya.

 

Chanyeol yang kekesalannya memuncak di ubun-ubun, tanpa terkendali langsung menaikkan intonasi suaranya ke tingkat paling tinggi, “AAAAH! DASAR SAUDARA SEPUPUAN SAMA SAJAAAA!!!”

 

***

A/N: maaf ceritanya tambah boring, aku udah mutusin buat gak-bakal-namatin-ff-ini. Huahaha…. Kalo perlu sampe sehun kuliah dan mereka menikah (?)

Maaf untuk abang kris yang saya buang, tapi bakal tampil lagi sekali-sekali kok /jahat/

38 Comments Add yours

  1. Sooyoung_sy berkata:

    Hunnie~nonna tak selingkuh kok! Haha! Update soon author-nim,oh iya yang love story lanjut dong ^^ hehe gomawo

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      yg love story pasti lanjut kok ^^

      Suka

  2. elisayoonaddict berkata:

    Ah jadi gitu ya ceritanya Suho, hm kasihan juga
    padahal suaranya bagus,kaya,tampan tp dia ngerasa byk kekurangan.

    Aduh lucunya Sehunnie kalo cemburu,mbentak2 noonanya kayak gitu,Soo~ yg sabar ya.

    eh Yeolli kok kurang gajar ya ama gurunya #hahaha.

    oh ceritanya..suzy dkk lagi nungguin Sehun ya?
    emang sama,Sodara sepupu gitu loh #dcekik Soohun.

    Aduh teganya,masa ga ditamatin 😦 ,hiks hiks
    oh y next part full soohun moment ya 🙂

    Suka

  3. Park Chanrin berkata:

    Ih chanyeol-_- kalo aku jadi sooyoung mah,aku suruh chanyeol dijemur dilapangan sama lari keliling 20 kali,nanti kulitnya jadi item se item dan dekilnya kai :p #digamparkai ah atulah eon mah baik,lanjutin atuh,jangan di stop 😦 ya,baik yah yah ??? /Puppy eyes bareng Sehun/

    Suka

  4. Choi HanRa berkata:

    Chanyeol ngeselin banget -_-
    ciee..ciee si thehun cemburu sama Sooyoung xD
    Next Part ditunggu ya min ^^

    Suka

  5. aduh thehun…. cemburunya sampai bentak2 gitu..
    tapi lucu juga hahahaha….

    Suka

  6. Yufasa berkata:

    –” thehun kamu ituya hobinya asak nuduh wkwkwkw XD lucu banget pas banyangin sehun omongan nya selalu dipotong…. XD ditunggu next chapternya

    Suka

  7. icha berkata:

    huah tambah seru kok thor hihi sehun kok imut di part ini/? huh uu junmyun strong ! ditunggu kelanjutannya :)) gaditamatin jg gpp yg penting ceritanya harus nyambung terus haha

    Suka

  8. WINTERCHAN berkata:

    Ngakak bagian sooyoung dituduh tukang selingkuh. Sehun yaampun gaksopan ngatain noonanya gitu XD

    Suka

  9. safira faisal berkata:

    cerita ini gabakal tamat? Maksudnya gimana ya? :/
    truss kris nya gimanaa? Nasib kris gimanaa? Aduduh, aku itu penggemarnya sookris, jadi maap kalo agak bawel :3

    Suka

  10. febryza berkata:

    Hahaha chanyeol pasti geregetan bgt tuh sama kelakuan soohun yg suka mangkir haha

    Suka

  11. kim eunji 97 berkata:

    waah berarti authornya secara gak langsung bilang entar sehun akhirnya sama sooyoung dong hehehe..
    update soon thor^^

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      emang lol :v

      Suka

  12. Nadya berkata:

    Kyaaa soo eonn kocak. Hahaha

    Lanjut thor harus
    Ditunggu
    Fighting

    Suka

  13. ymshtemi berkata:

    Huakakaka lucu bgt pas si sehun nuduh si soo tukang selingkuh 😀
    Ternyata yg suho itu mirip sehun gitu toh… *manggut2*
    Yah masa mau gak ditamatin thor? 😦 lanjut terus yah ceritanya^^ ini ff favorit aku yg selalu aku tungguin :3
    Author hwaiting!

    Suka

  14. cica berkata:

    widih masih bingung sama perasaan soo yg masih abu-abu

    Suka

  15. miss_sooyoungster berkata:

    Hahahaha
    Tmbh keren aja FF ini …aq sukaaaa

    Part selanjutnya cepet di post yaaa

    pliss..plisss…
    ndak sabar…hoho

    Disini si Sehun makin imut+kurang ajar aja ya..haha
    Chanyeol kq gitu amat sih sma Soo?? -_-‘

    FIGHTING!!!

    Suka

  16. nina berkata:

    Johda nan Johayo~
    sepertinya Soo sedikit merasa kesusahan dengan hatinya
    dan juga alasan mengapa dia tidak menggambar atau melukis lagi???
    sehun salah sangka terus tanpa tau apa yang terjadi….

    next part be wait….
    Fighting~!!!

    Suka

  17. ThaNiaa berkata:

    waahh keren keren..

    suka pas bagian si sooyoungnya dibilang selingkuh..

    Suka

  18. Choi_Reni407 berkata:

    Thenuie lucu banget disini XD
    ada as nya gak ?
    Ditunggu pas thehun nikah ama sooyoung. Haha

    Suka

  19. syaffinhumaira berkata:

    wee ‘-‘/b
    ini ff yang kutunggu dari jaman edo sampe jaman chesar(?)
    bagus thor, lanjutin ya, kutunggu lhoo :’3

    Suka

  20. oh jadi gitu ya, aku kira pernah ketemu suho beneran dulu._.

    keren! sooyoung udah kayak motivator! super sekali /lah

    wah gabakal tamat xD asik dah, ditunggu next story nyaaaa

    Suka

  21. annisahika berkata:

    suho sehun yaampun kalian satu hati ‘-‘)/ sukses yah buat abang suho {} sukses juga yah buat author ❤ 😀 ini ff berasa anak SMA bingit :3 anak SMA jaman sekarang emang pada ngelunjak(?) gurunya juga sih *eh ._.v
    kalo boleh usul, mending banyakin part masa" SMA deh daripada kuliah 🙂

    Suka

  22. kenianurasha berkata:

    suho telah berubah kwkwkk
    sehun, knapa kamu bisa bilang kalo soo selingkuh? kwkwk soo selalu setia sama kamu kok :p
    ngga ada kris :’ gapapa deh daripada si kris sakit hati nantinya ehehe
    keren kak (y)

    Suka

  23. SooyoungImma berkata:

    Huahaha…. Kalo
    perlu sampe sehun kuliah dan
    mereka menikah (?)

    Thor, harusnya, kamu bilang gini :
    Huahaha…. Kalo
    perlu sampe sehun kuliah dan
    mereka punya anak… hehehe…

    aku suka ff ini, lanjut ya

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      punya anak gak ya? emang sehun tau caranya bikin anak?
      .
      .
      .
      ngeeeng

      Suka

      1. miss_sooyoungster berkata:

        cepet dilanjut ya thor…
        jeballll…
        sudah nungguin lamaaa

        Suka

  24. Ferlinandita okt berkata:

    Bagus bangt ceritanya 🙂
    ditunggu part selanjutnya 😉

    Suka

  25. annisakpopfans berkata:

    Keren banget thor. Sooyoungnya enak ya, deket sama banyak namja tampan… #iri.
    Btw, cepat lanjutnya ya…

    Suka

  26. mia berkata:

    masih penasaran kenapa soo unni berhenti melukis
    akh masih gregetan juga sama tingkah sehun
    tapi suho hjangan jdi orang keempat saya tidak relaaaaa huwwwaaa
    #terserahauthorreder -_-

    Suka

    1. dinaalifa berkata:

      maaf baru komen sekarang
      kemarin-kemarin ngga ada internet masalahnya
      ini juga nyolong2 di lab sekolah -_-
      pokoknya lanjutin terus soohunnnya yah 😀

      Suka

  27. soobeautifulchoi berkata:

    sehun lucu 😀
    suho ska sma soo yah
    wah daebakk:D

    Suka

  28. kartika berkata:

    sooyoung walaupun aneh tapi memotivasi yak? wkwk. kasian chanyeol stress ngadepin saudara sepupu ntu XD

    Suka

  29. syoo unnie! aku suka sikap eon disini. memotivasi suho, walaupun sedikit membuat hati sehun sakit #ApaDeh
    lanjut kak….

    Suka

  30. fathiyahazizah berkata:

    Hiks 😥 kasian suho dia bnyak kekurangan ,sooyoung jadi dlguru baik deh 😀
    Sehun mulai -,- teriakin sooyoung tukang selingkuh …

    Suka

  31. riyalva07 berkata:

    Ohh jadi gitu cerita Suho….

    Sehun lucu kalau lagi cemburu, bentak bentak Soo ‘Tukang Selingkuh’ aduh parah XD

    Suka

  32. wiiaawiyu berkata:

    Aduh sehun ini kekanakan yah. Jadi pengen nyubit pipinya… gemesssssss

    Suka

  33. yoonade berkata:

    Ya ampun sehun cemburunya gak ketulungan, wah kalo udah bener perasaannya di respon sooyoung eonni dia bakal lebih over over protective lagi tuuuh… Tapi bangga deh sm soo eonni yg always perhatian ama murid”nya..

    Suka

Tinggalkan komentar