[FF] An Involved Lover [Six – New Neighbour]

Gambar

 

“An Involved Lover”

 

Main Cast(s) :

  • Choi Sooyoung (SNSD)
  • Oh Sehun (EXO-K)
  • Kris Wu (EXO-M)

As tagged : Yuri, Tiffany, Samuel.

Genre : Fluff, Romance, Comedy

Rate : G

Lenght : Chapter

Author : @WayneFanneey

Desclaimer : ide ini punyaku, dan terisnpirasi dari manga-komik “Canvas” by FNC.FC01

Mungkin ada beberapa adegan yang sama. Tapi selebihnya itu enggak sama.

If you don’t like EXO-Sooyoung pair, don’t read!

No bashing, thanks!

 

***

Chapter Six – New Neighbour

 

Sooyoung’s Pov

 

Liburan tiba! Liburan semester yang semua orang tunggu-tunggu akhirnya tiba! Terlepas dari semua beban pikiran anak-anak didikan super aktif-ku yang berhasil menguras emosiku tiap harinya. Ah, senangnya.

 

Hari Selasa yang cerah ini ingin aku habiskan bersantai seharian di rumah. Memang sih ada beberapa pekerjaan yang belum aku tuntaskan tapi rasanya mengistirahatkan pikiranku sejenak bukan ide buruk.

 

Sooyoungie, kita ketemuan yuk!

Sudah lama tidak berjumpa denganmu, di cafe biasa, Page Two.

Oke?

From : Yuri

22/06/2013 07.35 AM

 

Dan, sebuah pesan singkat dari teman semasa SMAku dulu—Kwon Yuri—berhasil membangunkan semangatku pagi itu.

 

“Selamat pagi, tukang tidur.” aku menyapa Sehun sembari menyiapkan sarapan di meja makan.

 

“Pagi, Noona.” Sehun baru keluar dari kamarnya dengan rambut berantakan dan wajah kusut, dia mengucek-ngucek kedua matanya kemudian. Ah, dasar Sehun. Kebiasaan buruknya adalah langsung duduk di meja makan setelah bangun tidur tanpa sikat gigi atau cuci muka terlebih dahulu.

 

 “Kau tidak kemana-mana kan hari ini?” tanyaku yang sudah berpakaian rapi sambil meletakkan segelas susu di hadapannya.

 

“Tidak. Perpustakaan tutup hari ini.” Jawab Sehun sekenanya lalu meneguk susu buatanku. “Wangi sekali kau pagi-pagi. Mau kemana?” tanya Sehun setelahnya.

 

Ne? Ah… tadi aku tak sengaja menumpahkan muskku terlalu banyak, sepertinya.” Aku menjawab santai sambil mengendus kemeja yang kukenakan. “Apa aromanya menyengat?”

 

“Tidak juga, sih. Hanya aku pikir kau mau memikat laki-laki lain.”

 

Aku tertawa renyah, aku memandangnya dengan mata disipitkan dari balik kacamata bening yang bertengger di hidungku, lalu mencubit pipinya gemas.

 

“Jangan bicara yang tidak-tidak, adikku sayang.”

 

“Awas saja kalau kau kencan dengan Pelatih Wu.”

 

Ha! Mulai lagi dia. Entah sejak kapan orang ini suka mengancamku dengan gaya cassanova seperti itu. Dia benar-benar berubah, kalau melihat kelakuannya sekarang, aku hampir sulit percaya kalau dulu Oh Sehun itu pemalu sekali. Bahkan dia sering menangis di pelukanku. Dulu ya tentu saja waktu aku dan dia masih tinggal di Busan. Ah, atau jangan-jangan itu semua cuma kedoknya?

 

“Memang apa yang akan kau lakukan kalau aku benar-benar akan berkencan dengan Kris?” tanyaku sambil mencibir. Aku duduk di kursi yang menghadapnya, mengambil gelas susuku, lantas meneguknya. Lagi-lagi dia tertawa, lalu mencongdongkan tubuhnya kearahku dan—

 

Cup!

 

—bibirnya mendarat cepat di keningku. Hampir saja aku menyemburkan susu yang ada di mulutku. Kutatap ia dengan mata melebar dan dibalasnya dengan juluran lidah.

 

“Aku bisa melakukan itu atau hal lebih parah lainnya di depan Kris-hyung dan dia akan langsung patah hati. Kris-hyung harusnya sadar aku bisa menduluinya, hahaha.” Dia langsung beranjak tergesa menuju kamar mandi diiringi gelak tawa.

 

“Jaga bicaramu! Yah! Oh Sehun!” Aku melepas slippers yang terpasang dikakiku dan bersiap-siap melemparkannya, tapi ternyata Sehun lebih cepat, dia sudah membuka pintu kamar mandi dan masuk ke dalam. Dasar menyebalkan.

 

Eh, tunggu dulu. Kenapa sekarang aku malah merasa senang begini? Dan jantungku, kenapa juga harus berdebar-debar? Oh tidak, ayolah… Sehun kan hanya bercanda!

 

Di apartemen sederhana—tapi Sehun sering menyebutnya luarbiasa luas— ini aku memang tinggal berdua dengan sepupu laki-lakiku, Oh Sehun. Selain sepupu, dia juga adalah salah satu siswa penerima beasiswa di tempatku mengajar—Shinju Cyber School—dan aku bertanggung jawab sebagai walinya selama dia di sini. Dan, selama dia tinggal denganku itulah dia selalu membuat ulah. Bukan ‘ulah’ dalam artian buruk, hanya saja ‘ulah’ maksudku adalah selalu cari gara-gara denganku. Kadang membuatku naik pitam karena tingkahnya sangatlah menyebalkan.

 

“Sehunie aku pergi dulu ya. Tidak akan lama kok, hanya bertemu temanku! Kkayo!” ujarku setengah berteriak sebelum keluar dan melajukan porche putihku.

 

***

 

“Yul-a! Bogoshipposseo!” aku menghambur memeluk tubuh Yuri yang tidak lebih tinggi dariku kemudian mengecup kedua pipinya bergantian.

 

“Sooyoungie! Kebiasaan, deh!” sungutnya setelah aku melepaskan pelukanku.

 

“Oh ayolah, aku rindu banget omelanmu waktu kita berdua langganan dihukum Heechul-sam dulu. Kita nyaris mendekam di perpustakaan sampai jam 9 malam. Gila.”

 

“Jadi kamu cuma rindu omelanku saja? Yaish!”

 

“Hehe, bercanda. Ngomong-ngomong kau hanya mengajakku saja ke sini? Yang lain?” aku mengikutinya yang sudah duduk lebih dulu di bangku cafe terbuka ini. Tempat biasa aku bertemu dengannya saat ada waktu senggang.

 

“Sebenarnya aku mengajak Kris juga. Ah, itu dia… kalian kok datangnya bisa barengan sih?” Yuri melampaikan tangannya pada Kris yang baru keluar dari mobilnya. Aku menoleh juga dan tersenyum pada Kris.

 

“Hei aku punya kabar baik, tebak.” Ucapnya setelah memesan tequila sunrise untuk kami bertiga.

 

“Aku moccacino saja,” potongku dan Kris berbarengan. Spontan aku menoleh ke arah Kris, dia hanya mengangkat bahu. Sementara Yuri tertawa dan mengatakan kami begitu jodoh karena sejak tadi melakukan hal bersamaan, dan sama.

 

Aku menggumam sebagai respon. Kemudian Yuri mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya. Sebuah surat… undangan?

 

“Oh My! Kwon Yuri! Damn you!” pekikku setelah melihat itu surat undangan pernikahan. Yuri terkekeh menyebalkan dan aku memanyunkan bibirku.

 

“Punya pacar pun kau nggak cerita padaku! Kejam sekali!”

 

“Sombong sekali kau, Kwon. Jadi kapan Yesung melamarmu? Aku tidak tahu.”

 

“Wufan, ternyata kau sudah tahu dia punya pacar! Jadi cuma aku yang ketinggalan berita di sini?” aku cemberut. Yuri dan Kris serempak memamerkan deretan giginya.

 

Mianhae, aku ingin bikin kejutan buatmu, sih. Gikwang, Jihyun, Jonghyun, dan yang lain sudah kuundang, kok. Dan mereka janji bakal datang. Jadi, aku akan membunuh kalian berdua jika hidung kalian tidak tampak di gedung pernikahanku nanti.” Yuri mengancam sembari menunjuk-nunjuk wajah aku dan Kris bergantian dengan undangan pernikahannya.

 

“Apa? Aku harus datang ke pesta pernikahan sahabat menyebalkan sepertimu?”

 

“Choi Sooyoung!” dia memasang wajah memelas. “Aku janji akan mengenalkan dia padamu di pelaminan kami nanti, hehehe. Datang ya, dengan pacarmu juga boleh.”

 

“Uhhk!” tiba-tiba saja aku terbatuk mendengarnya mengatakan ‘pacar’. “Kau menghinaku, ya?” tuduhku.

 

Dia mengerjapkan mata beberapa kali. Kali ini tampangnya terkejut dibuat-buat. “Jangan bilang kau tidak punya…”

 

“Memang tidak ada.” Kataku cepat. “Asal kau tahu. Jadi guru SMA itu lebih ekstrim dari pekerja kantoran, aku tidak ada waktu kencan sama sekali. Murid-muridku begitu luarbiasa hiperaktif, kau tidak akan percaya bahkan mereka berani menasehatiku.” Pengakuanku membuat tawa Yuri meledak. Terpampang jelas di kening lebarnya sebuah pertanyaan ‘kau-bodoh-atau-polos?’

 

“Kurasa mereka lebih banyak yang mengagumimu, asal kau tahu, Kwon. Si Choi ini populer di kalangan murid cowok.” Kris menimpali dan aku memberinya death glare.

 

“Omo, Sooyoung-sam… hahaha!” Yuri tergelak lagi dan aku berteriak menyuruhnya berhenti. Setelah dia benar-benar berhenti mentertawakanku, dia melanjutkan dengan sebuah pertanyaan gila, “Lalu kau dengan Kris bagaimana?”

 

“Dia menolakku.” Bisik Kris namun cukup menusuk pendengaranku. Yuri ber-oh ria.

 

“Jangan sembarangan bicara,” kataku cepat. “Kami kan hanya teman. Betul begitu, Wufan-a?”

 

Yuri menghela nafas. “Kupikir kalian punya potensi.” Setelah berkata begitu aku melirik Kris yang kelihatan salah tingkah, atau aku yang salah lihat? “Ah, jangan-jangan Sooyoungie lagi ada gebetan? Orang yang disuka, masa nggak ada, sih?”

 

“Ehem, Yul, Youngie, kurasa aku harus pergi. Aku baru dapat pesan ada urusan yang penting, mendesak. Boleh?” potong Kris setelah selesai meneguk moccacino kami yang sudah datang. Aku bertanya padanya tapi dia seperti menghindari tatapan mataku. Kenapa dia tiba-tiba aneh?

 

“Pergilah. Tuan Wu yang sok sibuk. Jangan lupa undanganku ya! Datang loh!” Yuri berteriak setelah Kris menjauh. Terlihat Kris yang mengangkat ibujarinya setelah itu. “Oh iya, jadi benar kau sedang ada gebetan, Youngie?”

 

“Eh?”

 

Aku terdiam. Bahkan saat Kris benar-benar menghilang dengan laju mobilnya Yuri masih menunggu aku buka mulut. Aku tidak yakin untuk menjawab pertanyaan Yuri. Entahlah. Apa kuberitahu saja padanya, ya? Tapi, aku merasa aneh dengan perasaanku sendiri. Aku bingung.

 

“Ada ya… siapa? Cerita dong…” Yuri terus memohon dan… ah, oke dia berhasil membujukku.

 

“Sebenarnya…”

 

Entah kenapa aku merasa aneh setiap berada di dekat Sehun. Jantungku bisa dengan lancang melompat-lompat di dalam dadaku, cukup hanya mendengar suaranya saja. Ah, dan satu lagi. Ini, tubuhku! Aku masih tergolong sangat muda untuk dikatakan punya masalah dengan sendi-sendiku. Tapi demi Tuhan, begitu Sehun ada di dekatku, tubuhku mendadak beku dan sulit bergerak. Tidak hanya itu, nafasku bisa tiba-tiba terasa sesak saat melihatnya tersenyum. Padahal aku tidak punya riwayat asma. Ini tidak lucu, sungguh!

 

“Simpel Choi Sooyoung, kau menyukainya.” Cetus Yuri mantap, ia menatapku tajam tanpa berkedip. Ya, aku sudah memberitahunya, baru saja beberapa menit yang lalu.

 

“Aku tahu aku suka padanya, aku kan menganggapnya seperti adikku sendiri.”

 

“Oke, kuralat ucapanku tadi. Kau tidak menyukainya, kau jatuh cinta padanya.” Ap—Apa yang si kulit gelap ini katakan tadi? Kurasa ada yang salah dengan pendengaranku. “Kau jatuh cinta padanya.” Ulangnya dengan nada lebih keras.

 

Dan, aku? Seperti yang sering di lakukan karakter wanita di drama saat terkejut mendengar ucapan sahabatnya, aku menyemburkan tequila sunrise yang hampir melewati tenggorokanku. Namun sepertinya Kwon Yuri sudah melihat hal seperti ini di televisi. Dengan sigap ia mengangkat piring kosong dan menjadikan benda itu perisai.

 

Yuri-a, refleksmu bagus. Tapi rasanya tindakanmu mirip salah seorang siswaku yang bermulut ember, Byun Baekhyun.

 

Ma—maldo andwae!” gagapku sambil mengusap sisa tequila di sekitar mulutku dengan serbet.

 

Yuri menurunkan piring tadi, ia menghela nafas panjang sambil memutar bola matanya. Bahkan saat melakukan hal sepele seperti tadi, ia masih terlihat seksi. Oh, aku tak heran kenapa mata para pria selalu terarah padanya dimanapun ia berada, bahkan sejak dulu saat kami masih di Senior High School. Dan, pria bernama Kim Jongwoon yang akan menikahinya itu sangatlah beruntung, seperti mendapat lotre besar.

 

“Apanya yang tidak mungkin? Sejak kapan ada pernyataan bahwa wanita tidak mungkin jatuh cinta pada sepupu laki-lakinya?” Yuri mengangkat dagunya, menantang. Sial, dia benar.

 

“Bagaimana kau tahu sepupu laki-laki…” Aku kaget. Aku sengaja tidak melanjutkan ucapanku. Bahkan aku belum mengatakan pada Yuri siapa orang yang kubicarakan tapi kenapa dia—?

 

“Kris,” katanya cepat. Seolah mengerti isi kepalaku. Ck, dasar ember bocor. Harusnya aku tahu Kris yang membeberkan rahasia itu mengingat kami—aku, Yuri, dan Kris—adalah sahabat semasa sekolah.

 

Tunggu… pantas saja si rambut emas itu tingkahnya aneh setelah Yuri bertanya padaku tadi! Wufan menyebalkan!

 

“Terus… aku harus bagaimana?” dan aku pun akhirnya bertingkah seperti gadis SMA yang baru jatuh cinta lalu meminta saran dari kakak perempuannya. Aku akui aku memang payah sekali dalam urusan seperti ini.

 

Yuri kembali menghela nafas dan menyipitkan mata lalu mencondongkan tubuhnya kedepan. “Kau tidak harus bersusah payah lagi, lihat kalian sudah tinggal bersama. Kalian selalu bertemu,” si kulit gelap ini menggantungkan ucapannya, ia mengangkat sebelah alisnya dengan tatapan nakal yang dilemparnya padaku.

 

Kalau aku pria mungkin aku sudah mimisan. Sayangnya aku wanita dan dia terlihat menjijikkan di mataku.

 

“Apa?” tanyaku lagi, tanpa minat sebenarnya. Yuri menjatuhkan dagunya ke meja.

 

“Kau cukup mempertahankan dia! Tunjukkan kalau kau tidak lagi memandangnya sebagai adik! Tunjukkan padanya kalau ia harus menyadari apa efek dari kelakuan konyolnya ini padamu!”

 

Semua pengunjung café menatap meja kami, karena tadi Yuri bicara sambil memukul-mukulkan ujung garpu ke meja. Bunuh saja aku sekalian.

 

“Aku… nggak bisa.” Aku mendesah tapi Yuri memberi tatapan mengancam. “Lagipula dia lebih muda dariku, Yuri…” aku merengek.

 

“Kau tahu sekarang abad berapa. Hubungan pacaran Noona – Dongsaeng bukan hal yang aneh lagi sekarang.” Ujar Yuri. “Aku yakin Sehun juga merasakan hal yang sama. Trust me, Choi Sooyoung.”

 

***

 

Noona! Lama banget sih?” gerutuan Sehun yang pertama kali kudengar kala kakiku menginjak tehel apartemen.

 

“Sehunie aku lelah, jangan ganggu aku dulu.” Aku mengabaikan dia yang membuntutiku duduk di sofa ruang tengah. Aku menyandarkan punggung pada sofa. Pikiranku, lelah, sangat. Harusnya bocah ini sadar dialah yang membuatku seperti ini.

 

“Tapi Noona, aku kan ingin liburan ini seharian denganmu.”

 

Ucapannya barusan mengalihkan perhatianku. “Jangan mulai.” Desisku.

 

“Kau sensitif sekali. Aku kan cuma bercanda.”

 

“Bercandamu keterlaluan.” Ungkapku jujur.

 

“Tahu nggak? Sejak kau pergi tadi pagi, ada murid laki-lakimu yang datang ke sini, Kim Myungsoo.” tutur Sehun diselingi dengusan pelan. Wajahnya seketika masam. “Tapi aku bilang kau tidak ada, dia ingin menunggu sampai kau datang tapi aku mengusirnya.”

 

Omo! Aku lupa harus menyerahkan proposalnya yang terbawa olehku makanya dia datang untuk mengambilnya hari ini! Aigoo, eottokhae? Dan kenapa kau mengusirnya sih, Oh Sehun?!”

 

“Karena aku nggak suka padanya.”

 

Neo jinjja!” aku menahan kekesalan. Aish! Aku masih tidak percaya aku bisa jatuh cinta pada bocah macam dia?! Sepertinya Yuri radar cinta yang salah menafsirkan perasaanku!

 

Myungsoo pasti kesal padaku. Ah tidak, Chanyeol juga. Karena proposal klub fotografi dan seni lukis tertukar karena aku. Ajaib sekali. Karena Myungsoo adalah Ketua klub fotografi sekaligus murid kelasku. Dan, Chanyeol Ketua klub seni lukis.

 

“Tetap saja aku nggak suka. Noona sepertinya terkenal sekali di kalangan murid-murid cowok, ya? Tao dan Chen saja pernah membicarakan betapa bekennya kau di sekolah.” Dia bersungut-sungut dengan wajah bodohnya. Dan sungguh tak kuduga, ia tiba-tiba saja merebahkan diri lalu meletakkan kepalanya di pahaku.

 

Astaga, dia mau membunuhku apa?

 

Aku terkejut, sangat terkejut. Tapi aku juga tak boleh menampakkannya atau aku akan semakin terlihat aneh. Akhirnya, sebisa mungkin aku bersikap santai dengan Sehun yang berbaring di pangkuanku. Dalam sekali kerlingan, aku bisa melihat kalau Sehun memandangiku. Ingin sekali aku mengambil bantal dan menimpuki wajahnya seraya berteriak, “Berhentilah memandangiku seperti itu!”

 

“Habis Noonaku cantik sih.” ucapnya lagi dengan tatapan yang tak lepas dari wajahku.

 

Entah ia sungguhan atau bercanda, karena dia terlalu sering menggodaku seperti itu. Namun bibirku dengan sendirinya menyunggingkan senyuman. Aku pun memberanikan diri untuk menunduk dan membalas tatapannya. Dan, ajaib! Aku tidak sesak nafas, jantungku berdetak normal. Malah sekarang rasanya tenang sekali saat aku menyelami matanya yang indah dan berwarna kecoklatan itu. Sehun juga tak mengalihkan tatapannya, ia terus saja menatapku dengan sorot yang begitu hangat dan teduh.

 

“Choi Sooyoung…” tiba-tiba ia memanggil namaku. Tidak seperti biasa, nadanya berbeda. Ia memanggilku dengan lembut dan sungguh-sungguh. Entah ini perasaanku saja tapi nada suaranya terdengar dewasa. Bagaimana bisa ia bertransformasi secepat itu?

 

Belum sempat aku menjawab panggilannya, Sehun mengulurkan tangannnya dan menyentuh wajahku perlahan. Jantungku kembali hiperaktif, tapi tubuhku tak ingin bergerak menjauh. Bisa kurasakan ibu jarinya yang mengusap lembut pipiku, ia tersenyum.

 

“Sooyoung-noona, aku—”

 

Ting, tong!

 

Seseorang menekan bel dari luar, aku dan Sehun tersentak kaget. Dengan tergesa ia bangkit dari berbaringnya lalu melangkah tersaruk menuju pintu depan. Ya Tuhan… apa itu tadi? Barusan itu, apa yang terjadi? Sehun mau mengucapkan apa? Terkutuklah yang sudah menekan bel diluar sana!

 

Merasa Sehun cukup lama belum kembali dari depan, aku pun memutuskan untuk menyusulnya sekaligus ingin tahu siapa yang sudah dengan ‘murah hati’nya menyadarkanku dari keterpurukan tatapan Sehun tadi.

 

“Siapa yang da—”

 

Bibirku tak mengatup, bahkan ucapanku tak kuselesaikan saat melihat siapa yang menjadi tamu malam ini. Seorang wanita dengan sorang anak laki-ali berumur lima tahun yang aku yakin sekali adalah tetangga baru kami itu. Wanita itu tampak berdiri dengan eyesmile-nya di ambang pintu. Sementara bocah lima tahun itu menatap kedatanganku dengan mata berbinar-binar.

 

“—tang.”

 

Ahjumma! Ahjussi! Annyeong!” Samuel menyapaku dan Sehun dengan logat Korea yang terdengar aneh.

 

Tiffany tersenyum dengan mata yang ikut tersenyum. “Aku senang sekali mengetahui kalian adalah tetangga baru kami.”

 

“Samuel!” Sehun kelihatan senang sekali dengan tamu kami malam ini. Dia langsung menggandeng tangan Sammy dan mengajaknya masuk. Lihatlah, dalam sekejap dia melupakanku. Aku tidak yakin perkataannya yang terpotong tadi akan dia lanjutkan atau tidak.

 

Aku balas tersenyum pada Tiffany dan mempersilahkannya masuk tapi dia menolak dengan halus, lantas berkata, “Sebenarnya aku ingin meminta tolong pada Sooyoung-ssi, jika tidak keberatan. Tapi aku agak malu mengatakannya.”

 

“Ah, aku akan membantu semampuku.”

 

“Jadi begini, aku dan Siwon ada urusan mendadak jadi kami harus pergi ke Gallery kami sekarang juga. Kemungkinan kami akan menginap di sana. Sementara Ahjumma pengasuh Sammy belum datang dan tidak ada siapapun lagi di rumah. Eum, jadi…” sepertinya aku tahu apa lanjutan kalimat itu, “Bolehkan aku menitipkan Sammy pada kalian sampai Kim Ahjumma datang?” benar dugaanku.

 

“Tentu, tentu. Tak masalah. Aku menyukai Sammy dan kurasa Sehun pun begitu.” Aku melirik Sehun yang sudah mengajak Sammy bermain PS3. Ya ampun, kedua bocah itu…

 

Omo, Sooyoung-ssi aku sangat berterima kasih. Aku akan menelepon Kim Ahjumma, semoga dia cepat datang kemari.”

 

Ne, ne, gwenchanayo.”

 

***

 

Jadi di sinilah kami bertiga—aku, Sehun, dan Sammy. Di ruang tengah apartemenku dengan snack yang bersisa separuhnya di tanganku, sementara Sehun dan Samumy masih asyik bermain game di layar dua dimensi itu tanpa ada minat sedikitpun menoleh padaku. Sepertinya aku jadi wanita kasat mata malam ini.

 

Noona,” akhirnya dia memanggilku. Sehun menoleh ke belakang dimana aku duduk bersila di karpet. Aku menggumam masih dengan kunyahan snack di mulutku. Sehun melanjutkan, “Bisa buatkan kami milkshake?”

 

Sing…

 

 “Ayolah, Noona.” Dia merengek dan aku ingin memukul kepalanya saat itu juga. Tapi kepalan tanganku tertahan karena aku sadar masih ada Sammy di sini. Tidak mungkin anak kecil sepertinya diperlihatkan kekerasan, bukan?

 

“Buat saja sendiri! Memangnya aku babysitter kalian apa?” aku menolak keras dan memandangnya dengan wajah tergalak yang aku punya.

 

Dengan bibir maju lima senti Sehun beranjak dari duduknya dan berjalan tersaruk-saruk menuju dapur. Tak lama terdengar suara kulkas di buka dan blender terdengar dinyalakan. Dasar bocah.

 

***

 

Aku sangat mengantuk tapi aku tidak boleh tidur. Sekarang jam 11 malam tepat dan Bibi Kim—babysitter Sammy—belum datang ke tempatku untuk menjemput Sammy. Tiffany juga belum menghubungiku lagi—kami tadi sempat bertukar nomor. Sammy pun belum tertidur jadi aku tidak bisa tenang. Dia terlihat masih ingin bermain dengan Sehun. Mereka berdua lupa keberadaanku di sini. Oh, lihatlah sekarang siapa yang mengabaikan orang lain dan menciptakan dunia milik berdua?

 

Sehun sedang menggambarkan Sammy sesuatu dan wajah Sammy tampak berseri-seri melihat gambaran Sehun. Tak ada minat sekali bagiku sekadar untuk mengintip apa yang bocah itu gambar.

 

“Sooyoung-ahjumma, neomu yeppeo.”

 

Baiklah. Kini aku penasaran apa gambarannya sampai-sampai Sammy mengucapkan itu sambil menatap wajahku dengan mata beningnya. Aku menghampiri mereka dan secepat kilat Sehun menutup buku sketsanya.

 

“Kau menggambarku, ya?” tuduhku. Sehun tertawa.

 

“Banyak objek gambar yang lebih bagus daripadamu, Noona.”

 

Geotjimal.” Bisikku. Sehun menggaruki tengkuknya dan aku tahu dia salah tingkah. Sehun memang tidak pandai berbohong. Aku sangat hafal gerak-geriknya kala dia tengah tak jujur, seperti sekarang.

 

Sammy menarik buku sketsa di balik punggung Sehun dan menyerahkannya padaku. Dia tidak berkata apa-apa tapi wajahnya mengharapkan agar aku membuka buku itu.

 

Srak.

 

Sekali lihat saja, aku dibuat terpana. Lebih tepatnya terkejut, aku kagum dan takjub dan… Ya Tuhan! Sehun, dia benar-benar menggambarku. Sepertinya dia menggambarku saat aku ketiduran tadi karena mataku tertutup. Aku tidak pernah tahu gambarannya sebagus ini. Karena selama ini dia tidak pernah menggambar figur manusia. Sehun lebih suka menggambar objek selain manusia.

 

Tapi…

 

Aku tidak tahu ternyata dia lebih hebat dari yang kukira.

 

Srak, srak.

 

Aku membuka lembaran berikutnya dan kembali terkagum. Ada beberapa, tidak, nyaris semuanya, semua kertas di buku sketsa ini terisi oleh sosokku dengan hasil guratan pensilnya. Dalam berbagai ekspresi yang aku tidak tahu kapan dan dimana dia menggambarnya.

 

“Sehun-a…” aku terlalu aneh. Perasaanku terlalu aneh. Aku tidak bisa berkata-kata.

 

Sehun mengambil alih buku itu dan menyimpannya di bawah meja. Dia tidak menatapku dan telinganya memerah—menahan malu. Sementara aku tidak peduli sebagaimana panasnya pipiku sekarang. Aku ingin meminta penjelasannya!

 

Ahjusshi, Sammy ngantuk.” Sammy menarik-narik ujung lengan kaus tidur Sehun lalu menatap Sehun dengan mata sayunya.

 

“Nanti kujelaskan. Sekarang kita urus Sammy dulu.” Aku bisa mendengar nada gugup dari Sehun karena dia sempat meneguk salivanya sebentar. Aku mengangguk.

 

“Antar ke kamarku saja,” ujarku. Sehun menggeleng.

 

“Aku tahu gimana lasaknya tidurmu dan Sammy nggak akan tahan tidur denganmu.” Aku meninju pundaknya dengan wajah cemberutku.

 

“Tapi ranjangmu lebih kecil dari ranjang di kamarku. Yakin muat berdua tidur dengan Sammy?”

 

Sehun berhenti melangkah, aku menoleh padanya. Terdengar Sammy yang sudah menguap beberapa kali. Dengan tangannya yang menggandengku dan tangan Sehun masing-masing.

 

“Oke. Tidur di kamarmu.”

 

Haha, dia tidak bisa mengelak kalau kasurnya memang hanya cukup untuk satu orang. Jadi aku membuka pintu kamarku dan Sehun segera membaringkan Sammy di ranjang puccino kesayanganku. Samuel sudah terlelap. Dia mendekap tangan Sehun erat.

 

Aku duduk di ujung ranjang. “Kenapa?”

 

“Dia nggak mau melepasku.” Ucap Sehun—lebih terdengar seperti bisikan.

 

“Jangan beralasan supaya kau bisa berlama-lama di kamarku.”

 

“Serius, Noona.” Dan, setelah ucapan Sehun baru saja, Sammy menangis sambil menggumamkan Ayah dan Ibunya. Sepertinya Sammy meminta tidur ditemani Ayah dan Ibu.

 

Tunggu. Apa setiap tidur anak ini selalu berada di tengah-tengah Siwon dan Tiffany? Ba… Bagaimana ini…

 

Tangisan Sammy semakin kencang. Aku dan Sehun kelabakan. Aish, bagaimana menghentikannya? Putar otak Sooyoung! Berpikir!

 

“Sudah, Sammy, jangan nangis. Aku di sini…” itu suara Sehun, dan berhasil! Sammy mulai tenang!

 

Sehun berbaring di samping Sammy. Dan, anak itu memeluk Sehun erat—seakan Sehun adalah mainannya dan tidak ingin Sehun hilang. Samar-samar isakannya masih terdengar. Sehun memandangku lantas memberi isyarat lewat mata ‘kita-tidur-bertiga’.

 

Mulutku membulat sempurna sementara Sehun cengar-cengir tidak jelas. Oh, aku yakin dia pasti sangat menikmatinya. Tapi, aku melakukan ini hanya untuk Sammy, dan karena Tiffany sudah menitipkannya padaku.

 

Aku merangkak pelan naik ke ranjang. Menarik selimut besar menutupi tubuh kami bertiga. Helaan nafas lega keluar dari bibirku saat tangisan Sammy benar-benar reda—setelah aku berbaring di sampingnya. Nafasnya sudah teratur menandakan dia sudah damai di dunia mimpi.

 

Noona,” Sehun memanggilku dan aku menatapnya. “Aku nggak mungkin bisa tidur kalau wajahmu tepat di depanku.”

 

“Ish!” aku menoyor kepalanya kemudian memunggunginya. Ini hari yang begitu melelahkan. Aku ingin semua ini mimpi semata, tapi bodoh kalau punya keinginan seperti itu.

 

***

 

Pagi-pagi sekali jam weker di nakasku berbunyi nyaring. Hal yang membuat manik diagremku membulat pertama kali adalah Sehun. Aku membuka mata dan mendapati wajah Sehun yang sangat dekat. Hanya beberapa sentimeter saja di depan wajahku! Dan, apa? Aku terbangun dengan keadaan memeluk tubuhnya! Aku memeluknya!

 

Dimana Sammy? Dimata pembatas jarak kami?

 

Aku yakin wajahku sangat merah sekarang karena harga diriku benar-benar jatuh. Aku memutuskan bangkit dari kasur setelah melepaskan pelukanku pada Sehun sebelum dia terbangun atau dia akan menggodaku tanpa ampun seharian ini.

 

Noona jangan dilepas.”

 

Aku meneguk saliva. Mata Sehun terpejam tapi dia menarik lagi tanganku lalu melingkarkan di perutnya. Aku malu sekali. Tidak tahu kenapa tapi rasanya luarbiasa memalukan!

 

Jadi…

 

Jadi? Si bodoh ini sudah bangun daritadi dan membiarkanku memeluknya?

 

“YAH! TIDAK PERLU BERWAJAH POLOS LAGI DI DEPANKU OH SEHUN-SSI!”

 

Dia membuka mata dan tersenyum—menggodaku. Aku memukulnya dengan bantal. Dia meringis dan balas memukulku dengan guling. Aku tertawa puas saat bokong Sehun mendarat di lantai setelah aku memukul punggungnya dengan bantal. Sehun mendengus dan menarik selimutku sampai aku terjatuh dari kasur. Pagi romantis kami itu hancur begitu saja dengan perang bantal-guling.

 

Belakangan baru aku tahu. Tepat saat sarapan Sehun memberitahuku kalau Sammy dijemput tengah malam oleh Bibi pengasuhnya. Katanya liburan ini jalanan macet jadi itulah menyebab terlambatnya si Bibi datang.

 

“Kau ngebo banget makanya nggak bangun-bangun waktu si Bibi itu ketokin pintu apartemen berulang-ulang.” Jelas Sehun sambil menggigit roti sebelum mengolesnya dengan selai kacang.

 

“Jadi setelah kau bangun kau mengantar Sammy pada Bibi itu?” tanyaku. Sehun mengangguk. “Tapi kenapa kau bisa tidur di kamarku?”

 

“Aku setengah sadar, Noona. Jadi aku balik lagi ke kamarmu lalu melanjutkan tidur dengan tenang. Sadar-sadar aku setelah kau tendang. Tidurmu benar-benar lasak. Aku juga nggak nyangka dari tendanganmu bisa jadi pelukan kayak gitu. Entah gimana ceritanya.”

 

“NGGAK PERLU DIBAHAS LAGI KENAPA, SIH?”

 

“Tapi aku ingin kau peluk lagi, boleh ya?” aku menggeram mendengar pertanyaan bodoh itu. “Noona pipimu merah.”

 

“OH SEHUN-SSI!”

 

***

37 Comments Add yours

  1. sa berkata:

    aaaaaaaaaaa makin kesini makin bagus dan seru ceritanya hwhwhw ditunggu next chapny ya thor^^

    Suka

  2. Choi Je Kyung berkata:

    Hahaha~
    Sepertinya sebentar lagi ada yang meledak. Yang satu akan meledak karena telah dipeluk oleh soo eonnie sambil tidur bareng dan yang satunya lagi akan meledak karena sedari tadi digodain mulu sama sehun, kekeke~
    Pagi yang romantis, ah senangnya 😀

    Lanjut chingu 🙂

    Suka

  3. safira faisal berkata:

    aaah senangnyaa udah ada lanjutannyaa^^ . ah sehun alesan kali, emang pengen nya tidur bareng sooyoung -_-
    Chapter selanjutnya spesial kris POV kan? Update nya jangan lama2 ya? Penasaran banget soalnya perasaan kris ke soo itu gimana, oh ya eonnie ini sampe berapa chapter?

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      ada yang request sampai belasan, ya jadi aku kabulin deh,
      doain supaya lancar yah..

      Suka

  4. cica berkata:

    aaaa soo sadarlah perasaanmu. please updatenya jangan lama-lama buat ff ini. aku selalu nungguin nih ff soalnya keren banget. terus kapan dong soo bener-bener sadar sama perasaannya itu???
    sehun makin romantis tapi masih childish :p
    nextnya jangan lama-lama

    Suka

  5. Febryza berkata:

    Oh ya ampun so cute banget sih sehun-sooyoung momentnya..
    Duuh sabar yah kris kayaknya di ff ini bukan giliran kamu deh buat ngedapetin soo unnie hehehe

    Suka

  6. Yufasa berkata:

    Hahahaha sehun alesan aja kalo bilang aja mau tidur lagi sama soo eon 😀
    Oya… Author…! Katanya ada pov khusus kris??? Jadi kah???? Aku sungguh bingung gmn sih perasaanya kris oppa*mungkin aj suka sama aku/plak!!*
    Aku suka banget momentnya…. !! 😀 ok… Ditunggu nextnya 😀

    Suka

  7. ya ampun baca ff ini sambil senyum2 sendiri hihi kris sebenernya suka sama sooyoung gak sih?
    wah ada other-bias ku nyempil, yesung wkwk
    sooyoung lagi dilema/?
    next chapter update soon~~

    Suka

  8. Elisa SHa Nia berkata:

    Kyaaaaa` fanfic favoritku uda ada.. makasi kak uda dilanjutin .. aku bener2 suka sama ff soohun yg satu ini,bener2 gokil dan buat aku gembiraa setengah mati . moga2 aja soobisa pacaran maa sehunnie~…

    i like thisss …very very i like thiss
    kaka emang penulis sejatiii.

    oh ya sekali2 buat soohan dong atau sama myungsoo

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      tunggu aja fic myungsoo-sooyoung dariku. doain lancar nge postnya ne~

      Suka

  9. kenianurashani berkata:

    kris, kamu pasti patah hati ya kwkwk
    gara2 sammy sooyoung sama sehun tidur berdua xD
    keren bgt kak!^^
    dilanjut yaaa

    Suka

  10. WINTERCHAN berkata:

    Itu murid yang berani nasehatin sooyoung pasti si baekhyun wakakak XD
    ada itu pagi yang romantis :3 thanks to samuel muahahaha
    Lanjutannya ditunggu ya 🙂

    Suka

  11. syaffinhumaira berkata:

    akhirnya nih ff keluar juga XD
    ngakak sama sehun sooyoung XD
    kris kenapa? cemburu kah? wkwkwwk 😀
    nice ff thor, lanjutin ya ku tunggu 🙂

    Suka

  12. emi berkata:

    unyu banget sehun-sooyoung… si sehun betah banget godain si oo eon terus tuh hehehe..
    selanjutnya spexial kris pov kah? semoga author updatenya cepet ya aku gak sabar nunggu lanjutannya! ^^

    Suka

  13. ThaNiaa berkata:

    Kyaa~~
    suka-suka
    hehe..

    btw new reader here~~
    kemaren-kemaren sempet baca ceritanya..
    mau comment,,nanggung
    sekalian ..hehe“

    can’t wait for the next chapt^^

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      welcome aja deh buat new reader! ^^

      Suka

  14. Soo Effect~ berkata:

    Waa~
    Aku baru nemu ni ff,,
    Sumpah daebak banget
    Lanjut thor!! Hwaiting!!

    Suka

  15. miss_sooyoungster berkata:

    Eiii…Eii..
    BAGUS BANGET!!
    BENER2 BAGUS!!!
    FF yg ditunggu2 muncul jga akhirnya..whahahaah…
    SeYoung Jjang.!!!
    NEXT CHAPTER!!!!!!!!!!! ^0^

    Suka

  16. dinaalifa berkata:

    Yaaahh,, gua telat komen chingu, maaf ya 😀
    Sumpah keren banget ff soohun mu, bikin senyum-senyum sendiri
    part 7 nya kan udah ada, aku langsung baca aja yah chingu 😀

    Suka

  17. annisahika berkata:

    FANFAN *teriak /ngerusuh/ 😀
    aku paling telat ya bacanya? huhu u.u
    makin kesini makin seru ajaa :3 eh ada dede(?) Sammy lagi /cipikacipiki/
    mau review dikit ya ‘-‘ soal bahasanya di part yang ini menurutku kamu agak merosot deh. soalnya kalo sebelum”nya kamu tuh masih bisa nge-handle perbedaan antara bahasa baku dan bahasa baru(?). tapi disini udah agak ga kekontrol. but, kekurangan dari segi diksi itu ketutup sama alur ceritanya yang kereeeenn :3
    good job deh buat kamu 🙂
    aku langsung terbang(?) ke next part aja kali ya 🙂

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      hua hikhahika maapin kalau bahasanya agak ancur gimana gitu soalnya aku mulai kebawa-bawa bahasa sehari-hari kedunia per-efef-an… dasar kan aku ini 😦
      makasih kritiknya yo… >,<

      Suka

      1. annisahika berkata:

        Haha gausah minta maaf ke aku juga kali fan 😉 iyoiyo sami” 😉

        Suka

  18. Youngii berkata:

    waaah ada ff soohun…
    suka banget aq…
    daebak chingu… 🙂

    Suka

  19. icha berkata:

    Tambah sweet aja nih mereka><

    Suka

  20. rifqoh wafiyyah berkata:

    Seru thor..:),lucu sehun,soo unnie,ma sammy kekeke~
    Yeyyy soo unnie trnyta jtuh cnta sma sehunppa toh…:)

    Suka

  21. mia berkata:

    udah kaya keluarga kecil bahagia deh mereka bertiga
    huwaaaaaaaaaa jangan macam-macam kalain berdua sebelum nikah
    #liriksehun

    Suka

  22. kartika berkata:

    Aaaaaa… ehm *keselek* ciye yang habis meluk sepupunya ciye yang lagi merona ciye *toel sooyoung* *ditendang sooyoung* daebak thor, suka sama part ini >_< 😀

    Suka

  23. FAnoy berkata:

    Wuah..part ini unyu ><..aku bingung mau ngomen apa karena terlalu unyu..keep writing..fighting '-')9

    Suka

  24. sammy… boleh nanya gak? kamu tuh shipper nya soohun ya?
    lanjut kak

    Suka

  25. @agilrestuuu berkata:

    sammy ngegemesin >,<
    hahha
    sammy semacam anak masa depan mereka jadinya XD
    lanjut thor

    Suka

  26. DeliaaOKT berkata:

    Pagi yg tadi’a romantis jadi rusuh gitu….dasar SooHun..
    Makin kesini makin seru ff’nya

    Suka

  27. YSA berkata:

    kyaaa… big thanks to Sammy =b

    Suka

  28. fathiyahazizah berkata:

    Hahaha ngakak baca ff ini 😀

    Suka

  29. riyalva07 berkata:

    Aaahhhh makin so sweet aja ni couple….
    SooHun :* aku suka dehhh 🙂

    Suka

  30. wiiaawiyu berkata:

    Waw soohun adegan ranjang 😄 *lebay*

    Suka

  31. yoonade berkata:

    Iiih lucu banget deh si sammy sampe gak bisa tidur kalo gak ada mama papa, waduuh benar2 kebahagiaan buat sehingga ong kalo gitu, tapi soo eonni bahagia ga’, aah palingan juga seneng tp gak mau diakuin wkwkwk….

    Dear author always love your story 😄

    Suka

  32. soohunhan berkata:

    Hahaha soohun sweet banget ya d sni kyak suami isteri deh…wahh pnsrn next partnya =’)

    Suka

Tinggalkan Balasan ke dinaalifa Batalkan balasan