[FF] Préti

Title: Préti

Genre: Romance

Rating: PG

Length: Oneshot

Pairing: Doojoon/Sooyoung

Summary: Sebab Doojoon tidak pernah paham, dan Sooyoung bertahan di lembar kemejanya selayak ia meniti di tengah lautan. Menunggu dan menunggu. Memerhatikan dan memerhatikan.

préti

***

Hari itu bukan termasuk salah satu hari di musim pancaroba, tapi suasana berbeda sekali dari kemarin menarik atensi Doojoon untuk melirik (gerik dari anak-anak tim yang sedikit heboh menyambut seseorang), setelah mengganti seragamnya dengan kaus dan celana training dan, pada akhirnya ia tidak perlu bertanya lebih jauh, kenapa—“Halo, semuanya! Namaku Choi Sooyoung. Mulai hari ini aku adalah Manajer Klub Sepakbola. Mohon bimbingannya!”

(—oh, satu-satunya anak perempuan di tim.)

***

Yoon Doojoon tidak pernah menyadari ini sebelumnya, mungkin—ia hanya harus lebih peka, sebagai seseorang yang akan menggantikan posisi Junsu-hyung sebagai Kapten. Ia berhenti dari permainan sejenak untuk melap keringatnya dengan leher kaus—bagi kaum perempuan ternyata ini menjijikkan, “Kau bisa memanggilku untuk diambilkan handuk, Sunbae, apa sulitnya melakukan itu?” terimakasih pada Choi Sooyoung.

Setelah itu, Yang Yoseob berkomplot dengan (hoobae kesayangannya) Nam Woohyun dalam tuduhannya; Doojoon berusaha mencari-cari perhatian Sooyoung, akan adegan Sooyoung yang membawakan handuk dan melapkan keringatnya tadi. Sebodoh Doojoon diam saja—sejujurnya, senyum terpaksa di wajahnya tampak mati tidak peduli.

***

Tidak ada kejadian spesial—tidak juga, sih—seperti kemarin hari, kecuali fakta bahwa Choi Sooyoung sangat jeli dan cekatan dalam segala hal. Doojoon sedikit mengernyit ketika mencicipi obento yang dibuatkan Sooyoung untuk semua pemain, dan memicingkan mata pada Lee Gikwang yang berdusta bahwa wortelnya sedikit asin. Yang kurang diungkapkan adalah; bukan hanya wortelnya, tapi sayurnya terlalu lembek, nasinya kurang bersih, telurnya agak mentah (bagian dalamnya masih cair dan ew), dan Doojoon tidak suka ada mayonaise di sana.

Sooyoung menanggapi serius komentar Gikwang, ia minta maaf dan bilang akan berusaha lebih keras lagi. Seungri dengan modus tersembunyinya menawarkan bantuan, tentu saja diiyakan. Anggota lain sepertinya tidak rela mendengar janji akhir pekan guna belajar membuat obento bersama itu—Sooyoung dan Seungri. Tapi mendengar Junsu-hyung puas dengan hasil latihan hari ini dan menghadiahkan Seungri jongging tambahan untuk cool-down, Doojoon terkekeh menyaksikan.

Dalam kurun dua hari, rupanya gadis Sooyoung itu sudah menarik hati.

(—para anggota kecuali Doojoon.)

***

Menyebalkan mengetahui nilainya anjlok di semester empat ini, mid-test—maksudnya, remedial untuk mid-test diadakan hari Sabtu bagi seluruh murid yang berkewajiban. Artinya, artinya ia tak bisa mengikuti babak penyisihan Inter High hari ini.

Yoseob adalah orang pertama yang membentaknya di lapangan, bukan Junsu-hyung selaku pimpinan. Mereka selalu mengandalkan Doojoon, sang kuda hitam—namun kali ini ia menghancurkannya, bukan demi nilainya, tetapi teman-temannya sendiri. Partner lapangannya Leo, terlihat bodoh menyembunyikan kekecewaannya. Itu baru Yoseob dan Leo, belum yang lain yang mudah Doojoon terka bereaksi kurang lebih sama.

Namun Manajer Choi—Sooyoung. Hirau akan kakofoni dan tapak-tapak sepatu dan runtukan mereka di lapangan hijau, matanya yang antik awas menangkap kancing Doojoon yang copot, dan meminta Doojoon melepas kemejanya untuk ia perbaiki.

Di dalam ruang ganti, Doojoon menunggu. Sooyoung menjahit dalam diam.

“Kau yakin?”

“Yakin apa?”

“Tidak akan merusak kemejaku.”

Tawa gadis itu meloncat begitu saja seolah kalimat Doojoon adalah lelucon terpicis yang pernah dibuat—padahal bukan, Doojoon hanya terlalu khawatir akan jemari Sooyoung yang gemetar memasukkan benang ke dalam jarum dan—dan kancingnya tidak akan miring, ‘kan?

“Errr—selesai. Aku sedikit menyesal tidak mengikuti les menjahit dari Ibuku dengan benar, nih.” Dengan kedua tangan kecilnya Sooyoung mengangkat kemeja itu tinggi-tinggi, merasa puas atas hasil sendiri. Lalu Doojoon berdiri, membiarkan Sooyoung memakaikan lagi atasan seragam itu.

“Terimakasih. Aku bisa mengancingkannya sendiri,” tunda Doojoon—Sooyoung menengadah kemudian terlihat kecewa. Perlahan menarik diri dari keinginan baik gadis itu, Doojoon kini terlihat lebih rapi dengan kancing yang telah benar.

Eh—tetapi Choi Sooyoung, tidak dengan begitu saja melepaskan terimakasih Doojoon serta merta kepergiannya, melainkan mencubit pinggangnya satu kali sehingga Doojoon menoleh.

Sooyoung merogoh tasnya lantas dikeluarkannya sebungkus cookie berpita pink, “Semoga berhasil dengan remedialnya!”

Doojoon tidak tahu harus bereaksi bagaimana.

***

Sebelumnya, Doojoon menaruh seluruh anggota tim dan pelatih dalam bingkai itu.

Namun kini, kelulusan Junsu-hyung dan lengsernya dari posisi kapten, membuat semua jadi baru, berbeda. Doojoon tidak menyangka ia akan berada pada jajar paling pertama dan paling tengah—dengan mahkota kertas konyol bertuliskan Kapten Baru—plus tatapan iri para member mengenai Sooyoung merangkul tangannya ketika foto itu dicetak.

Ternyata—jujur saja Doojoon tidak sadar rangkulan tangan itu ada sebab exagerasi dan chaos dan sebagainya ketika Luhan si Striker Chinese susah payah mengkondisikan sebelas anak laki-laki agar diam di depan kamera.

***

Di lain waktu, ada saat dimana Sooyoung tidak bisa menghadiri—menemani—rutinitas latihan dan membawakan minuman, membereskan bola-bola, mengambilkan handuk, maupun menyemangati dengan senyum dan tawa bebas bak mentari terbit.

Seungri mengeluh sepanjang hari sebab tidak mendapatkan vitaminnya. “Sooyoung selalu membawakan vitaminmu?” polos Gikwang bertanya penasaran. Jawaban Seungri membuat jawdrop seluruh yang ada di lapangan; Sooyoung sendiri adalah vitaminku.

“Hari ini,” Woohyun menengahi debat konyol Gikwang dan Seungri akan selera gombal yang payah, “Sooyoung mengikuti Olimpiade Biologi di luar kota.”

“Wah,” Doojoon tidak bisa menyembunyikan decakannya. Seketika siluet gadis itu melafal pelan buku setebal kamus Enstein dan pena di kupingnya pada hari latihan minggu lalu, terlintas. Jadi itu alasannya. Sooyoung cakap dan pintar, tidak salah ia merupakan idola para siswa.

“Kenapa baru bilang? Aku akan menyemangatinya kalau begitu!” gesit Seungri mengeluarkan ponsel—sebelum Woohyun dengan tangkas mengakui bahwa telah ia lakukan lebih dulu, ditambah penekanan atas nama anggota tim sehingga garis miring, Seungri mengkerut bibir dan keningnya.

Doojoon tersenyum menonton mereka—meski senyum itu tidak meyakinkan siapapun akan apa yang ada di pikirnya.

***

Kabar baik datang beberapa hari kemudian, bersamaan dengan turunnya jadwal untuk kualifikasi perdana Winter Cup setelah Inter High musim panas lalu. Doojoon menunggu Sooyoung menghampirinya di dekat gerbang. Doojoon tidak bersepeda ke sekolah seperti khasnya akibat cuaca dingin ini. Sementara itu boots Sooyoung akhirnya tiba di hadapannya, setelah Doojoon menanyai kabar layaknya Senior pada jarak seharusnya.

“Aku tidak juara pertama,” cerita Sooyoung, bersama-sama mereka memasuki area loker, Sooyoung segera melepas bootsnya dan mengganti sepatu. “tapi setelah mengetahui skornya, bahwa aku lolos lima besar, itu cukup menggembirakan.”

Doojoon terus mendengarkan senyum Sooyoung di antara langkah-langkah mereka menuju kelas, dan menahan diri untuk tidak bertanya mengenai kantung kertas yang dipegang Sooyoung sedari memasuki gerbang tadi. “Baguslah. Mulai hari ini artinya kau bisa menemani kami latihan lagi, aku mulai bosan dengan keluhan Seungri setiap kau tidak ada—”

Sunbae! Ini, untukmu,” Sooyoung menyodorkan—ternyata untukku?—kantung kertas bercorak manis, biru muda, yang tertutup rapat isinya sebelum Doojoon memeriksa, adalah sebuah syal biru-merah bergambar logo tim sepakbola di sudut kirinya. “kau suka Barcelona ‘kan? Itu—itu … aku melihatnya di toko rekomendasi Yoona dan aku teringat padamu …,”

Dengan rajutan lembut yang membuat Doojoon mengelusnya, dan bergurau bahwa tentu saja kau membelinya di toko ternama, tidak mungkin merajutnya sendiri dengan kemampuanmu yang ehe—Sooyoung memukulnya dengan canda juga, dan senyum yang tidak hilang.

Ah—Doojoon tidak pandai mengartikan senyum seseorang.

***

Pantas saja masalah kecil seperti kancing yang lepas, butuh kejelian mata Sooyoung untuk memperbaiki, apalagi ini—luka di lutut akibat pemain kasar bernomor dua belas menabrak pundaknya hingga oleng.

Sooyoung berhasil merengek pada pelatih untuk menariknya dari lapangan, yang sedikit tidak Doojoon sukai, “Ini hanya luka kecil!”

“Kenapa kau egois sekali? Luhan atau Xiumin bisa menggantikanmu beberapa menit, kita tidak akan kalah hanya karena aku membalut lukamu sebentar saja!”

Ekspresi Doojoon mati, sentakan Sooyoung menghantam kepalanya semakin berat, kencang. Berangsur-angsur detik mengheningkan keduanya. Doojoon diperlakukan seperti anak anjing yang hilang, tetapi melihat ulet Sooyoung membersikan lukanya, diiringi antiseptik dan ditutup dengan perban, Doojoon menemukan dirinya membiarkan—lagi-lagi.

(Tolong salahkan mimik lembut Sooyoung dan elusan sayang pada hasil pekerjaannya—yang membuat Doojoon enggan mempertemukan luka goresnya dengan udara.)

***

Iklim bersalju setelah pertandingan kemarin memaksa Doojoon mengenakan syal pemberian Sooyoung. Lehernya tertimbun oleh hangat. Langkah besar Doojoon membawa ia memaku diri di depan Sooyoung yang tercengang, memerhatikannya—ada semburat merah (mungkin karena udara, benak Doojoon)—tatkala ia mengangkat tangan untuk mengusap ke samping salju di brunette Sooyoung.

“Kau memakainya,” gigi Sooyoung terlihat, sedikit gemeletuk kedinginan, nun senyumnya berkata ia sangat senang.

Doojoon tidak mengerti, apa yang begitu membahagiakan dariku memakai syal?

***

“Doojoon-ah,” di pagi yang lain, masih Doojoon dengan syal Barcelonanya yang membuat Yoseob meledeknya kekanakan, Sooyoung menawari cokelat panas dengan pipi merah dan napas berembun, bola mata berkilat, alis melengkung memesona, Doojoon akui—terlihat manis dan cantik mengaburkan view lalu-lalang di sekeliling.

“Sejak kapan, kau berani memanggilku dengan nama?”

“Ey—dulu, aku memanggilmu Sunbae, ya?” terka Sooyoung, menoleh ke arah lain, syal sewarna pink koral tak cukup mengamankan rambut yang telah memanjang sepunggung, anak-anak rambut itu ke luar menyembul, sebagian menolak condong pada gravitasi.

Menanggapi dengan kekeh, Doojoon merapikan helai-helai itu sementara tangan lainnya mengambil alih cup cokelat panas dari Sooyoung. “Panggil aku sebagaimana lidahmu nyaman mengucapnya—hei, kau tidak mandi ya?”

“Aku mandi,” mengerucut bibir Sooyoung, mengamankan rambutnya sendiri (tanpa sengaja tangannya bertemu sentuh dengan tangan Doojoon), “hanya lupa menyisir rambut.”

Kemudian gerutuan kecil itu berlanjut pada topik lain, Doojoon tidak selalu menolak cerita-cerita Sooyoung tentang apa saja, sebab ia suka mendengar, dan menjahili gadis itu dengan taraf lelucon standar yang jauh dari kata lucu—dan gadis itu berlakon ceria, bermagnet dan mencubit di sana-sini, menarik ulur perhatian orang-orang.

(—kali ini, Doojoon salah satunya.)

***

Di sela istirahat seusai latihan, musim dingin bukan berarti liburan bagi atlet manapun. Sooyoung hampir selesai membereskan ceceran bola-bola sampai poin dimana lututnya lemas memaksanya berselonjor di ruang penyimpanan. Anak-anak lain sudah pulang—berebut menggunakan kamar mandi setelah melalui latihan seperti di neraka. Sooyoung berpikir untuk berdiam sebentar lagi, lelah dan kedinginan membuatnya nyaris pingsan.

Doojoon menemukannya bersandar pada dinding dengan wajah pucat. Ia sentuh tangan yang hampir beku itu, Doojoon membawakan ransel Sooyoung dan jakel tebalnya. Sooyoung memandangnya tanpa kata terimakasih dari bawah membuat Doojoon berjongkok untuk mensejajarkan wajah mereka.

“Minum?” tawarnya. Seharusnya kau yang lebih kelelahan daripada aku, kata Sooyoung tetapi tetap mengambil sebotol mineral dari Doojoon, meneguknya dari sisa setengah hingga kering.

Doojoon perlu banyak belajar, dari Seungri—ahlinya mendekati perempuan; atau Gikwang—penimbun fangirls dengan eyesmilenya; atau Yoseob, Xiumin, dan Luhan dengan keimutan mereka. Atau mungkin Leo? Bersama sikap diamnya dalam mengobservasi sekitar. Ia perlu tahu, perlu lebih sadar dan mengerti, terlebih perihal apa arti dari senyum dan perlakuan lawan jenis padanya.

Karena pada detik yang seakan berhenti, keremangan pelita ruang penyimpanan bola itu sendiri menyamarkan sinar di wajah mereka. Tatkala Sooyoung bergerak condong padanya untuk menaruh kecupan dingin dan lama di bibir keringnya, barulah ia mengerti.

***

.

.

.

.

.

((dibuat dengan kegalauan tingkat akut karena fcmen mau ke bekasi tapi saya gak modal apa-apa kecuali kutukan semoga dujun yosop kiki ga ikut))

 

16 Comments Add yours

  1. febryza berkata:

    Doojoon kenapa ga peka sih ini bacanya senyum2 sendiri tapi agak kesel juga gara2 doojoon ga peka.. tapi gapapa biarkan doojoon pekanya setelah sooyoung lagi dikerubutin cowok2 *evillaugh*

    Suka

  2. Cicamica berkata:

    Astaga laki2 emang tak peka dari arti pipi memerah

    Suka

  3. xkkumx berkata:

    Lama2 aku baca ff doojoon – sooyoung ala kamu aku bisa2 ngeship mrk -gpp sih- selalu iri sama kmu yg lbh muda dr aku tp tulisannya bisa sebagus ini -oh ayolah fan– , galau trs ya fan! hehe

    Suka

    1. Yang Yojeong berkata:

      Aku juga bikin doojoon/sooyoung karena lagi jatuh cinta aja sama bang dudu, makin tua makin ganteng itu orang 😦

      Eiy … Kakak mah ngedoain aku galau 😡😡😡

      Disukai oleh 1 orang

      1. xkkumx berkata:

        hbs klo galau bikinnya ff romance sih

        Suka

  4. Elisa Chokies berkata:

    Moga trio cocopi ikut, moga ikut, moga ikut. moga ikut. Biar fani galau, galau, galau.

    Eaduh. Bang Dujun masa udah tua masih gak peka sama perasaan cewek, Aduh, Gimana tuh? Butuh terapi, ni ,anda. Udah Soo ninggalin aja si Dujun, cari yang berondong Syoo. /apa nih/

    Suka

    1. Yang Yojeong berkata:

      Trio cocopi 😦

      Kak el mah ih … Ku bilang aku sedang bosan dengan brondong, paling ujung2nya si bungsu exo lagi 😦

      Suka

  5. b2utyana berkata:

    Hai, Fani.. salam kenal ^_^ aku pembaca lama yang baru berani ninggalin komentar heuheu :” dan aku penggemar berat semua tulisan-tulisanmu terutama yang berbau Yoon Doojoon 😀

    Seneng banget rasanya ada penulis sekelas novelis terkenal mengcast Doojoon dalam FF-nya (sebenarnya aku suka googling nyari-nyari FF dengan cast Doojoon dan jarang sekali nemu tulisan senovelis karyamu). Suka juga pairing Doojoon-Sooyoung yang kamu bikin. Pairing langka yang bisa seserasi ini di tangan kamu 🙂 berharap kamu ga akan pernah bosan memilih Doojoon sebagai main cast. Big thanks yaaa…

    Suka

    1. Yang Yojeong berkata:

      HAI, B2UTYANA! salam kenal juga ya. Duh, seneng deh punya temen baru. Sesama penyuka Yoon Doojoon pula. Uhhh, bahagia!

      Makasih udah baca karya sederhana aku dan ninggalin komentar ya. Seneng banget. Ga usah malu-malu gitu, hehe.

      Pasti dong. Dujun dan BEAST itu forever biasku. Ga bakal bosen kok. Kamu juga jan bosen bacanya ya, kkkk~

      Suka

  6. Nadya Choi berkata:

    Mau banting hp aja rasanya gak tau kenapa. Tapi gak papa sih gak pekaan. Biasanya yang gak pekaan makin greget terus makin di cinta /eakk

    Suka

    1. Yang Yojeong berkata:

      Btw nad pp kamu lucuuu. Sooyoung sama siapa tuh?

      Suka

      1. Nadya Choi berkata:

        Kim Taehyung, kak. Alien V nya BTS

        Suka

  7. arwenshakira berkata:

    Cowok emang begitu,kurang peka sama perasaan cewek. But endingnya untung doojon paham. Di fanfic sama kenyataan teryata beda tipis. Tapi bedanya yg dii sini lebih manis. Bagus sih untuk khayalan ceewek. Nice, Yojeong

    Suka

  8. one656kimhyunra berkata:

    aw w aw aw
    doojoon itu kuper. jadi ya gtu ada cwe yg suka aja kgk ngarti.. mesti to the point ya bru ngerti… hohohoho

    Suka

  9. BAPER PARAH AKU BACA INI KAKK:”)) DARI AWAL SAMPE AKHIR AKU NYEGIR GA KARUAN:”))
    Doojon mah ga pekaan banget:( orang itu sudah sangat jelas tapi masih aja gatau:( sampe Soonya gerak duluan baru dia bisa peka:(

    nb : sebenarnya kak aku udah baca ini dari kemaren tapi lewat hp jadi ga komen dulu jadi maapin yaaa kakk:(( dan aku bakal marathon baca sampe H (kelanjutannya) habiss

    Suka

  10. nisa berkata:

    akhirnya juga baca ff ini ~
    masih ada juga yang ga tertarik sama pesonanya si syoo unniii…
    nah si dujun malah gapeka peka… dasar cowok tuh emannnnnnnggggg

    Suka

Tinggalkan komentar