[FF] Ojou-sama no Nichijou – 12

Title: 12 – Sekat
Genre: Romance
Cast(s): Sooyoung, Doojoon, Kris
Rating: NC+17 (meski genrenya NC bukan berarti ada adegan XXX(?) yaaa)
Length: Drabble
Requester: Fantasy Purple
A/N: maaf judulnya asdfghjkl banget

*

Bukan suatu hal lumrah bagi Choi Sooyoung untuk bangun tidur di waktu dini, yang bahkan mentari pun belum nampak di ufuk timur. Pukul tiga pagi di Seoul, jika saja bukan karena dering lembut benda tipis berbentuk persegi tersebut, ia tentu masih bergelung di balik selimut. Apalagi dengan tubuh bugil begini. Aroma seks bekas kemarin malam jadi sesuatu yang mengingatkan Sooyoung akan seseorang selain dirinya di kamar itu. Benar juga. Bergelung tepat di sebelahnya, orang itu masih terpejam.

Yoon Doojoon.

Bukan siapa-siapa. Hanya rekan kerja, tidak lebih, seharusnya. Bagi Sooyoung, Doojoon tidak lebih dari rekan kerjanya yang lain seperti Kyuhyun atau Donghae.

Tapi ciuman itu …

Mmph–

Sooyoung tidak punya perasaan apa-apa untuk Doojoon, selain profesionalisme dalam bekerja. Tapi mengapa pria ini mampu menciumnya dan bahkan merangkak menaiki ranjangnya?

“Hai, Sooyoung,” panggilan bass dari seberang samudera memecah labirin pikiran Sooyoung untuk beberapa menit ke depan.

“Hm, aku di sini,” ia menjawab, suaranya lemas, terlalu banyak ia keluarkan semalaman suntuk. Mendesah, ulah Yoon Doojoon.

“Maaf meneleponmu di jam segini. Um … Pukul tiga pagi, benar ‘kan? Aha, aku sudah mengusik tidurmu, ya.”

“Beruntung kau tidak ada di depan mukaku, atau kau sudah kena jotos,” keluh Sooyoung, suaranya sengau, sedikit menguap. Pria di seberang terkikik sebentar.

“Tidak biasanya kau bicara panjang lebar,” komentar Sooyoung, “Dan tertawa seperti itu.”

“Yah …,” sembari mengupingkan, si gadis mantan model merapatkan selimut membungkus tubuhnya, menghiraukan dengkuran pria oriental di sebelahnya. “Aku hanya ingin bertemu denganmu, kenapa kau menolak ber-skype denganku?”

“Aku tidak suka.” Sooyoung tegaskan. Jika pria ‘ini’ adalah seorang absolut, maka Sooyoung adalah ratunya absolut. Jika sudah ada titik, tidak ada huruf lagi di belakangnya.

Sang adam lawan bicara paham, mengurung pertanyaan lebih lanjut.

“Ada lagi yang mau kau katakan?”

“Ngomong-ngomong, suaramu lemas, kau tidak enak badan ‘kah?” tebaknya, menarik hipotesa secara sepihak. Sooyoung mengeluhkan hal yang sebaliknya. “Kukira kau akan baik-baik saja tanpaku.”

“Tidak juga,” aku ingin melihatmu. Apakah kau bertemu wanita cantik di sana? Apakah kau akan berpaling … menghianati aku?

Pertanyaan ironi macam apa itu.

Sudah tiga bulan berlalu dan ia hanyalah wanita kesepian yang menginginkan kekasihnya untuk cepat pulang.

“Kris,” bukan Doojoon.

“Ya?”

Tidak ada percakapan lebih panjang, Sooyoung tak mampu mengucap tiga kata sakral bagi pasangan yang dimabuk asmara. Sebab ia merasa hina. Tak pantas. Ia telah melukai Kris dan dirinya sendiri.

Perbedaan waktu empatbelas jam, antara Korea dan Kanada. Terdengar suara kunyahan dari ponsel pintar, mungkin jeruk. Tempat Kris berpijak kini pasti tengah hari cerah, makanya pria itu terdengar bugar dan energik. Fenomena Kris Wu yang sangat jarang. Diam-diam Sooyoung membayangkan senyumnya yang langka itu.

“Aku merindukanmu, Sooyoung,” Kris memulai, tidak kepada wanita lain kecuali Sooyoung. Sang hawa nyaris menangis mendengarnya, tidak di hadapan pria lain kecuali Kris.

Tapi tak ada balasan untuk Kris.

Setelah lima detik.

“Aku juga.” Dua kata. Kemudian jeda sejenak, mungkin Kris tersipu, tetapi ia lantas menyerocos mengenai waktu kepulangannya dan oleh-oleh apa yang Sooyoung inginkan. Sooyoung menjadi pendengar yang baik. Beberapa menit setelahnya sambungan telepon diputus, bait-bait terakhir yang Sooyoung dengar adalah, “Jaga dirimu. Aku juga akan menjaga diriku baik-baik. Jangan jatuh sakit dan banyaklah beristirahat. Aku akan menghubungimu lagi nanti. Aku mencintaimu.”

Setiap kali ini terjadi selalu saja, sakit. Gemuruh aneh dalam perutnya, menyakitkan. Seharusnya seorang wanita yang mengatakan hal semacam itu ketika pria’nya’ pergi jauh, tapi Kris berbeda, ia pikir pria dan wanita hanya sebutan, selebihnya peran mereka sama saja, selain saling melengkapi dan membutuhkan.

“Aku juga mencintaimu.”

Dan tubuh rampingnya berbalik, mendapati bahwa Doojoon ada di sana, di belakang punggungnya sedari tadi, terbangun, mencuri dengar percakapan dirinya dengan Kris dari awal. Licik.

“Lalu bagaimana denganku?” tanyanya, terselip nada keputusasaan yang Sooyoung benci. Doojoon agak pintar untuk masalah mempermainkan hati wanita, tapi bukan Sooyoung.

“Kau hanya orang ketiga.”

“Aku pun mencintaimu,” Doojoon tulus.

Tidak lebih.

*