[FF] This isn’t Love Story – Chapter 03

Title: This is not Love Story
Author: wufanneey
Genre: Romance, Comedy
Length: Series
Rating: PG
Pairing: Sehun/Sooyoung
Summary: Apa hal paling ‘rahasia dan memalukan’ yang pernah terjadi di antara SNSD Sooyoung dan EXO-K Sehun?

***
Chapter Three

Ini pertamakalinya dalam hidup seorang Oh Sehun. Ia mengalami depresi, beban pikiran. Semua bermula semenjak hari dimana gadis itu menginap di apartemennya dan setelahnya berjalan bagai bencana bagi Maknae EXO-K tersebut. Sialnya, karena ini hal pertama baginya, jadi mudah sekali tertebak apa yang terjadi padanya oleh Hyungdeulnya.

Sehun yang dulu bukanlah yang sekarang. (numpang ngakak xD)

Penulis pun tak tahu kenapa akhir-akhir ini, Oh Sehun sering kedapatan melamun dan senyam-senyum sendiri. Kai pernah mengira Sehun jatuh cinta pada Tao, karena sekarang Sehun lebih banyak bercerita pada Tao (tak ada member lain yang tahu apa yang Sehun ceritakan). Tapi ketika ditanya pasti ia akan langsung mengelak dan marah. Oh berarti ia juga menjadi tempramental.

Kalau Chanyeol, ia mengira ulangtahun Ibu Sehun kemarin kurang memuaskan jadi Sehun terus-terusan memikirkannya. Padahal kan gelang idaman itu sudah diberikan kepada Nyonya Oh? Jadi apa lagi masalahnya? Uh, Chanyeol malas memikirkan lebih lanjut.

Singkatnya, apa yang membuat Sehun berubah?

Bukan sifat bia—(Baiklah, Sehun sudah memelototiku karena terlalu banyak narasi, jadi kita langsung saja).

Si Kulit Putih tengah mengunyah serealnya bersama dua Hyungnya, Chanyeol dan Kyungsoo pagi itu, di depan TV ruang tengah yang menayangkan acara remaja. Kebetulan, acara itu lagi membahas mengenai ciuman pertama. Dalam diam, Sehun serius memperhatikan. Chanyeol menyinggung sikut Kyungsoo dan mereka saling tatap sepersekian detik. Sejak kapan yah, Sehun suka acara macam ini?

“Ciuman pertamaku ketika SMA begitu sulit kulupakan,” suara seorang perempuan berasal dari TV. Sehun mendengarkan baik-baik ketika perempuan itu melanjutkan, “Padahal ciuman itu tidak disengaja dan bukan kulakukan dengan orang yang kusukai.”

“MWO?!” / “EEEH?!”

Mulut Sehun membulat bersamaan dengan Chanyeol yang terlonjak dari duduknya. “Kau kenapa sih? Bikin jantungan saja.” Umpat si Jangkung Park.

“Aish diamlah Park Chanyeol!”

“Dia memanggilku Park Chanyeol!” sewot Chanyeol heboh sembari menunjuk-nunjuk kepala Sehun, ia menatap Kyungsoo meminta pengadilan. Sayangnya Kyungsoo malas berkomentar dan lebih memilih ke dapur untuk menghabiskan serealnya tanpa gangguan.

[Start of Flashback]

“Oh, crap.” Sehun meruntuk.

Mengapa Sehun meruntuk? Sebab gadis yang ia curi ciumannya sewaktu tengah tertidur itu tiba-tiba membuka matanya dan menatap Sehun. Sehun terlalu takut untuk menafsirkan arti dari tatatapn itu. Apakah ‘I’m-ready-to-kill-you’ atau ‘please-go-die-soon’ atau—ah ini gila entahlah! Sehun frustasi dalam fantasi.

Dag! Dug! Dag! Dug!

Bagaimana ini…

Bagaimana ini…

Bagaimana ini…

Sehun gemetar. Berkeringat dingin sebesar biji jagung.

Bunuh saja aku sekalian! Sehun mengumpat-ngumpat ketika biji manik Sooyoung menatapnya dengan terkejut. Jantung Sehun berdegup-degup tidak normal. Oh yang benar saja, dipergoki mencium wanita saat wanita itu sedang tidur sungguh diluar kata KEREN! Apalagi wanita itu bukan pacarnya (akrab saja tidak), lebih baik Sehun menceburkan diri ke sungai amazon!

Sooyoung dan Sehun masih bersitatap ambigu, sulit terdefinisi. Wajah mereka yang masih saling dekat, membuat Sehun menahan napas karena napas hangat Sooyoung membelai kulit susunya sampai wajahnya pucat pasi.

Wanita ini seriusan mau membunuhku apa ya?

Tanpa peringatan, Sooyoung menarik leher Sehun, mendaratkan cherry-nya pada apple Sehun. Sehun terperangah, waktu terasa berhenti, jantungnya semakin menggila, apalagi saat Sooyoung semakin menekan bibirnya. Sooyoung menciumnya! Dan, ini lebih gila dari apapun!

Parahnya lagi, Sehun terlarut dalam ciuman itu dan mulai memejamkan mata. Dengan posisi ia yang bersimpuh di depan Sooyoung yang terbaring di sofa, Sehun membalas ciuman itu dengan lumatan lembut. Namun sepertinya Sehun dengar Sooyoung menggumamkan sesuatu di tengah ciuman mereka?

“Ice cream… Sica-yah…”

Tunggu.

Apa yang dikatakannya tadi?

Es krim? Sica?!

***

Sinar mentari menerobos masuk ke kamar, melalui celah tirai yang baru ditarik Sehun. Dilihatnya Sooyoung yang masih terbaring pulas di ranjang kesayangannya. Menyebalkan. Bagaimana bisa wanita ini sepulas itu sementara kemarin malam dia memejamkan mata saja sulit. Ya, ini gara-gara Sehun memutuskan menyerah gunakan kamarnya pada Sooyoung, mau tak mau dia tidur di sofa. Alhasil, insomnia, Sehun begadang semalaman. Selain karena sofa yang terlalu kecil, pikirannya juga berseliweran kemana-mana, terutama kejadian itu… Argh! Enyahlah!

“Sekarang, bagaimana caraku membangunkannya? Soshi-nunadeul pasti kebingungan mencari wanita ini…” Sehun tergugu di samping ranjang.

Akhirnya dia mengguncang tubuh Sooyoung sembari memanggil-manggil namanya. “Sooyoung…” Sehun terhenti sejenak. Sooyoung-ssi atau Sooyoung-nuna? Atau Sooyoung-ah? Sooyoungie? Nona Choi? Summer? Suyon? Sooyoung-nuna? Mwoya igeee… memanggil nama saja seribet ini?!

“Choi Sooyoung!” baiklah, panggil saja nama lengkapnya. Plus berteriak di dekat telinganya.

“Lima menit lagi, Sunkyu-yah…” Sooyoung membalik tubuhnya, tangannya menarik selimut sampai pundaknya. Lalu napasnya teratur lagi. Wanita ini benar-benar spesies buffalo teranyar.

Pemilik nama Oh Sehun memutar bola mata, lantas menghela napas malas. Sooyoung tidak bisa dibangunkan dengan cara baik-baik rupanya. Baiklah! Sehun mengangguk. Cara yang satu ini biasanya manjur untuk membangunkan Chanyeol-hyung, bahkan Luhan-hyung yang kebluknya luarbiasa sekalipun, pikir Sehun.

“Yah! Bangun bangun bangun! Sekarang!” Sehun berteriak tanpa aba-aba. “Choi Sooyoung!”

Sukses. Sooyoung membuka kelopak matanya cepat. Dia terduduk dan kepalanya memutar menghadap Sehun. Ekspresi wajahnya bangun tidur sangatlah lucu. Sayangnya kelucuan itu tak bertahan lama karena setelahnya Sooyoung balas membentak, “Apa hah? Kau mau aku menyobek bibir tebalmu itu Lee Sunkyu?!”

“Lee… Lee Sunkyu? Setelah kemarin malam kau memanggilku Sica, sekarang Lee Sunkyu?” Sehun terbelalak. “Aku Oh Sehun bukan Lee Sunkyu!”

Seratus persen kesadaran Sooyoung terkumpul. Nyawanya pulih sempurna dan seketika dia berteriak histeris, “GYAAAH! KENAPA KAU ADA DI KAMARKU?”

BUAGH! GEDEBUK! BABOOM!

Kecelakaan terjadi sekitar pukul enam dini hari. Lokasi kejadian: Apartemen Oh Sehun.

***

Sooyoung tersenyum paksa, pada Sehun yang menatapnya geram. “Mianhamnida, Oh Sehun-ssi.” Ucapnya singkat. “Aku tidak sengaja memukulmu. Apakah masih terasa sakit?”

Sehun tidak menjawab, masih kesal rupanya. Jelas saja, Sooyoung baru memukulinya dengan jam beker di samping nakas. Alhasil sakit punggungnya bertambah parah jika ditambah dengan insiden ‘tidur di sofa’ tadi malam. “Pertama, kau mengambil alih kamarku. Kedua, kau membuatku tidur di sofa. Ketiga, kau menuduhku macam-macam. Keempat, kau memukulku!”

Sooyoung memasang cengiran serba salah. Oke, ini memang murni kesalahannya. Sehun baru saja menjelaskan kesalahpahaman ini dan membuat Sooyoung meminta maaf berkali-kali. Juga, tentang Sooyoung pingsan di mobilnya. Namun sampai detik ini, wanita itu belum mengucapkan terimakasih, mungkin lupa atau memang sengaja.

“Berapa keuntungan yang bisa kudapat dengan melaporkan kasus ini ke pihak berwenang?” manik Sehun memicing tajam.

“Ayolah, Nuna minta maaf. Itu cuma kesalahan kecil, Sehunaaa…” Sooyoung merayu dengan senyum buayanya. Tak mendepat respon apapun, membuat Sooyoung kesal lalu menghembuskan napas kasar. Dia menggigiti bibirnya.

“Yah, yah, berhenti menggigiti bibirmu seperti itu!” Sehun gelagapan kala Sooyoung memandangnya aneh.

“Memang kenapa?”

“Kau tidak tahu kemarin malam kau baru menci—!”

“Menci—apa?” Sooyoung mengangkat alisnya, heran. Sehun dibuatnya salah tingkah dengan tatapan menginterogasi itu. Diusapinya tengkuknya pelan-pelan, sembari menghindari kontak mata dengan Sooyoung. “Men apa? Aku melakukan apa padamu?”

Tidak bisakah kau diam? Arrrh!

“Men… mencipratkan airliurmu ke wajahku! Puas?” sembur Sehun, berbohong tentu saja. Mengatakan Sooyoung menciumnya? Mau ditaruh dimana muka gantengnya? Yang ada juga Sooyoung mengaploknya.

“Aku apa kau bilang? Airliur? Ke wajahmu? Hahaha! Ups… eung, maaf, maaf.” Sehun masam-masam, membuat Sooyoung menghentikan tawanya, mengkondisikan lagi situasi kembali serius. “Maaf, sekali lagi maaf. Kadang aku selalu melakukan tindakan tak wajar saat sedang tidur. Seperti mengigau… Bahkan aku pernah memarahi Yuri dan meneriaki Seohyun.”

Dan menciumku, tambah Sehun dalam hati.

“Dokterku bilang hal seperti itu bisa dipengaruhi rasa stressku, atau faktor kelelahan.” Tambah Sooyoung. “Apa hanya itu yang kulakukan padamu tadi malam?” tanyanya kemudian. Menyebabkan Sehun kembali gelagapan.

“Te-tentu saja! Memang apalagi?”

“Begitukah? Karena tadi malam aku bermimpi aneh. Dalam mimpiku, aku mendapat sekotak es krim jombo dari Jessica dan aku menghabiskannya dalam waktu tiga menit.” Sooyoung mengetuk-ngetukkan jari ke dagunya, seolah berpikir. Sehun ketar-ketir di tempatnya duduk. Semoga tidak ingat! Semoga tidak ingat! “Ah, itu tidak aneh sebenarnya. Malahan aku pernah bermimpi makan ayam dengan Jinki-ssi.” Sambung Sooyoung.

Fiuuuh… Alih-alih lega, Sehun menghela napas lega, puas. “Jadi, bisa kan aku mengantarmu pulang sekarang?” sepertinya Maknae EXO itu ingin cepat-cepat jauh dari seorang Choi di hadapannya, Sooyoung terlalu berbahaya. Seharusnya ada seseorang yang menstempel punggungnya dengan tulisan: Danger Area!

Sooyoung tampak termenung sejenak, lantas merayu Sehun, “Eum… Sebelum itu, bagaimana kalau kau mengajakku sarapan pagi di Restoran depan dulu?”

***

Sehun memandang wanita yang tengah makan super lahap di seberang mejanya tak berkedip. Mulutnya setengah terbuka. Gila. Sepiring saja Sehun tak menghabiskannya, tapi Sooyoung sudah menghabiskan piring ketiganya. Choi Sooyoung ini wanita jadi-jadian apa? Dia sengaja mau menguras dompetku?

“Ah, terimakasih traktirannya, Sehunie. Ternyata kau anak baik.” Sooyoung mencubit pipi Sehun setelah sebelumnya melenguh panjang karena kekenyangan. “Kutarik lagi rasa sebalku padamu… hehehe.” Kekehnya tanpa rasa bersalah.

“Kau…” ucapan Sehun menggantung, setengah percaya setengah tidak. Dia lantas menggeleng-geleng kepala tak habis pikir. “Kau benar-benar aneh.”

“Yah, bocah! Dasar tidak sopan!” Sehun mengerang beberapa detik karena Sooyoung menggetuk kepalanya dengan sendok keras. “Baru saja aku mengatakan kau anak baik sekarang kau kembali membuatku kesal. Panggil aku Nuna, Nu-na!”

“Hah? Apa? Kau bukan Nunaku!” tolak Sehun, sewot. “Dan kenapa kau memukulku lagi, Sooyoung?” gerutunya, dan menekankan kata ‘Sooyoung’ pada pertanyaan diakhir.

“Sooyoung? Neo jugoshippeo!”

“Kecilkan suaramu! Kita sedang di tempat umum!” peringat Sehun, mendesis.

Setelah selesai dengan urusan perutnya, Sooyoung terkaget karena Sehun langsung menarik tangannya semena-mena. Kemudian Sehun membayarkan tagihan ke kasir. Masuk ke mobil dengan suasana awkward, dan melaju pergi. Sehun benar-benar harus cepat mengembalikan wanita ini ke habitat asalnya.

Hari itu, Sehun punya catatan baru di diarinya: Choi Sooyoung memang berbahaya.

***

Never Ending