[FF] An Involved Lover [Two – Bad Date]

Gambar

 

“An Involved Lover”

Main Cast(s) :

  • Choi Sooyoung (SNSD)
  • Oh Sehun (EXO-K)
  • Kris Wu (EXO-M)

As tagged : EXO’s member (Baekhyun)

Genre : Fluff, Romance, Comedy

Rate : G

Lenght : Chapter

Author : @WayneFanneey

Desclaimer : ide ini punyaku, dan terisnpirasi dari manga “Canvas” Kodama Miki. Mungkin ada beberapa adegan yang sama. Tapi selebihnya itu enggak sama.

If you don’t like EXO-Sooyoung pair, don’t read!

No bashing, thanks!

 

***


Chapter Two – Bad Date

 

Shinju Cyber School, siapa yang tidak mengenal sekolah itu pasti hidup di hutan belantara atau dengan orang-orang  aborigin pedalaman. Sekolah faforit di Seoul itu memang sangat terkenal karena banyak melahirkan murid-murid berprestasi. Sekolah itu selalu menarik banyak murid berprestasi dari tiap sudut Korea dan memberikan beasiswa sampai murid pilihannya sukses. Memekarkan bibit bakat yang terpendam pada siswa-siswinya.

 

Hari sekolah di Shinju berjalan seperti hari-hari sebelumnya, mereka tampak berwajah cerah. Apalagi hari ini hari pertama musim semi. Siswa-siswi di Shinju nampak lebih bersemangat dan ceria dari biasanya. Termasuk seorang murid laki-laki berambut cokelat muda-lurus yang tengah melambai-lambaikan tangannya pada seorang wanita dengan penuh energi, kini dia telah jadi sorotan semua penghuni kafetaria sekolah.

 

Noona! Duduk di sini!” serunya bersemangat. “Aku juga beli dua kotak jus!” lanjutnya sembari memamerkan dua buah jus jeruk.

 

Yang di panggil ‘Noona’ tersebut malah mengusap wajahnya malas, lalu bibirnya mengoceh tanpa suara. Choi Sooyoung mendekati meja tempat Sehun—siswa yang baru memanggilnya—dan duduk di hadapannya.

 

“Harus berapa kali kuperingatkan, Oh Sehun-ssi, panggil aku Sonsaengnim kalau di dalam lingkungan sekolah!” seruan Sooyoung tertahan. Dia melihat Sehun yang hanya berwajah tanpa dosa lalu menyodorkan jus kotakan yang dibelinya.

 

“Sulit sekali bagiku untuk panggil begitu, Noona. Lagipula semua orang memang sudah tahu kita sepupuan. Apa masalahnya?” Katanya kalem. Lalu, sruuup! Dia menyeruput jus jeruknya. “Kau selalu berlagak jadi Guru sok dewasa di sekolah, padahal kau sendiri kadang suka kekanakan kalau di rumah.”

 

“Aku memang Guru, sekaligus walimu!” Sooyoung menekankan tiap kata yang diucapnya. “Dan masalahnya, kalau sampai Guru Kepala mendengar ini, dia pasti—”

 

“Oh ayolah, Noona. Kau penuh akting di sekolah ini, bahkan setiap hari kau pasang senyum palsu pada semua murid, ck.” Memotong perkataan Sooyoung, Sehun menggelengkan kepalanya sembari berdecak.

                 

“Benar kata Sehunie, tuh! Sonsaengnim memang bermuka dua, senyumnya saja tidak pernah tulus!” celetukan sesosok siswa bertubuh pendek membuyarkan perdebatan Sooyoung dan Sehun seputar ‘jangan-panggil-aku-Noona’ dan ‘Sooyoung-yang-sok-dewasa’.

 

“Rasanya aku kenal suara ini.” Gumam Sooyoung, dia menolehkan kepalanya dan mendapati salah satu siswanya—yang tadi berceletuk—itu sudah duduk di sampingnya.

 

Annyeonghaseyo! Byun Baekhyun imnida, siswa tingkat dua jurusan Sosial kelas 11-2, bangapseumnida! Kau Oh Sehun kan?” dia mengenalkan diri tanpa diminta. Yang mengaku bernama Byun Baekhyun itu kemudian nyengir lebar dan mengulurkan tangannya. Pemuda bertubuh pendek itu tampak imut dengan senyum dan eyeliner-nya.

 

Sehun menjabatnya, “Oh Sehun, nado bangapta.” Katanya singkat. “Tapi, kau… kelas dua?” rautnya ragu melihat Baekhyun dari bawah ke atas.

 

“Kecil-kecil begini dia sunbae-mu, loh. Dan, lama tidak bertemu, Baekhyun-ssi.” Imbuh Sooyoung dengan wajah datarnya. Dia merobek plastik pembungkus roti lalu menggigit roti isi melon miliknya.

 

“Jangan sebut aku kecil, Sam! Jadi suka kepikiran tahu!” geram Baekhyun.

 

“Terus, kenapa si kecil ini bisa tahu Sehun?” Sooyoung bertanya mengabaikan protes Baekhyun soal tubuhnya yang ‘kecil’.

 

“Jadi aku belum ngomong?” yah, ditanya malah balik nanya. Sooyoung dan Sehun menggeleng serempak. “Habisnya Sehun-ssi kan terkenal.” Jelas Baekhyun seraya meletakkan nampan makanannya di meja lalu mulai memakan nasinya.

 

“Masa, sih?” heran Sooyoung. Sementara Sehun malah nyengir.

 

“Pelukis paling jenius se-yayasan pendidikan ini dan tampan lagi. Kalau berdiri seperti bunga peony, kalau duduk seperti bunga pohon prem, kalau berjalan seperti bunga bakung. Cewek yang dibikin menangis tidak terhitung jumlahnya!” tutur Baekhyun dengan segala gaya hiperbolanya. Sehun dan Sooyoung memasang wajah ngeri. “Dan, konon katanya, tanah yang sehabis dipijaki oleh Oh Sehun sebatang tanaman pun tidak akan pernah tumbuh!” jelasnya lebih semangat, dengan mata dipelotot-pelototkan membawa suasana sok dramatis.

 

Kali ini Sooyoung terbahak. Malah Sehun tampak menderita. “Image orang yang terbentuk sendirinya memang mengerikan.”

 

“Lain kali kalau ada orang yang bicara begitu, akan kuberitahu,” Sooyoung menunjuk-nunjuk wajah Sehun. “Anak ini tukang tidur, rakus, cengeng, gampang marah lagi. Kelihatannya saja dewasa, padahal suka heboh sendiri dan kekanakan. Selain itu juga keras kepala dan susah diatur dan—”

 

NOONA!” sela Sehun histeris.

 

“Memang benar, kan?” tanya Sooyoung.

 

“Ah, memang kelihatan, sih.” Baekhyun mengangguk, lalu mengunyah nasinya lagi.

 

“I-iya, tapi jangan buka aib orang sembarangan juga!” gerutu Sehun.

 

“Itu fakta, Oh Sehun.”

 

“Kalian berdua cukup akrab ya, pantas saja menyebar gosip aneh,” ucapan Baekhyun menghentikan aksi protes Sehun. Keduanya—Sooyoung dan Sehun—langsung menoleh berbarengan ke sumber suara.

 

“Gosip?” sambil mengernyit, Sooyoung meminum kuah mie-nya. Sruuup…

 

“Kabarnya kalian sudah jadian,” ceplos Baekhyun sembarangan.

 

Sontak Sooyoung yang tidak mau tersedak langsung memuncratkan kuah mie yang sedang dia minum pada Baekhyun. Namun, Baekhyun sudah sering dengan adegan seperti ini, jadi dia cepat sigap mengambil nampan makanan dan menjadikannya tameng. Si pendek ber-eyeliner itu menghela nafas lega karena lolos dari semburan kuah mie. Lalu dia mengambil sebuah sendok dan mendekatkannya pada wajah Sooyoung.

 

“Jadi,” dia menyipitkan matanya. Menjadikan sendok yang dipegangnya seolah-olah mic untuk mewawancarai narasumber yang bersangkutan. “Sudah seberapa jauhkan hubungan terlarang guru dan murid ini? Bagaimanakah penjelasan dari pihak anda, Sonsaengnim?!” tanyanya dengan oktaf tinggi. Berlagak seperti presenter infotainment yang berlebihan di acara gosip.

 

“Mana ada yang beginian, dasar!” sembur Sooyoung kesal setelah dia mengambil sehelai tissue dan mengusap mulutnya yang belepotan.

 

“Baiklah, jika anda enggan memberikan keterangan, maka saya akan bertanya pada pihak sang pria! Bagaimana, Sehun-ssi?” desak Baekhyun seraya mencondongkan tubuhnya ke depan Sehun dengan tatapan menginstrogasi.

 

“Hahaha, saya ingin punya tiga anak saja,” jawab Sehun malu-malu.

 

“YAH! YAH! YAAAH!” jerit Sooyoung. “Sepertinya ada kesalahpahaman di sini,” katanya cepat. “Menggembar-gemborkan berita dengan heboh boleh saja, asalkan tidak berita yang keterlaluan seperti ini. Harusnya kau pikir dulu dengan logika apakah berita ini mungkin? Lain kali, kalau ada gosip seperti ini lagi, aku tidak akan tinggal diam.” Ucap Sooyoung tegas.

 

Sehun dan Baekhyun serempak menoleh ke arah Sooyoung, mereka berdua langsung diam melihat mimik wajah Sooyoung yang serius.

 

“Bagiku, Sehun hanyalah seorang adik, tidak kurang dan tidak lebih!” ucap Sooyoung penuh penekanan sebelum wanita tinggi semampai itu berlalu dengan raut emosi.

 

Sebegitu marahnya kah?

 

Sehun melihat punggung Sooyoung yang berlalu dengan sendu, “Adik?” ulangnya lirih.

 

***

 

Sedang kesal-kesalnya Sehun siang itu, tiba-tiba konsntrasinya melamunkan Sooyoung langsung terganggu begitu ada suara memanggilnya.

 

“Sehun-ssi!” tepukan sebuah tangan dari belakang punggungnya membuat Sehun menengok. Dilihatnya sesosok manusia bermata panda menatapnya penuh harap.

 

“Apa?” ketus Sehun menjawab. Pemuda itu sedang bad mood rupanya.

 

“Katanya kamu saudaranya Choi Sonsaengnim di kelas Bahasa itu ya?” tanya seorang teman kelasnya ber-nametag Huang Zitao, yang duduk tepat di belakang bangkunya.

 

“Kami saudara sepupu dan aku numpang tinggal di tempatnya Sooyoung Sam.” Jawab Sehun tak minat.

 

“Eh, ternyata begitu!” Tao tampak exited dengan jawaban Sehun. Sehunnya sendiri cuek-cuek saja. “Pasti mengasyikkan. Sooyoung Sam itu lumayan beken di kalangan cowok-cowok, dia cantik dan ramah juga enak diajak mengobrol karena sikapnya yang tidak terlalu formal dengan murid, makanya semua murid cowok di sini iri denganmu!”

 

“Betul! Betul!” tanggap seorang siswa lagi yang ber-nametag Kim Jongdae. Sehun kini mulai terpancing dengan celetukan-celetukan temannya, diam-diam dia jadi geer karena keirian teman-temannya dengan kedekatannya dan Sooyoung. “Eh, tapi tahu tidak? Kabarnya Sooyoung Sam terlibat cinta lokasi dengan Pelatih Tim Basket yang dari China itu, Kris Wu!”

 

Jedeer!

 

“Dua orang itu memang akrab sih, mereka sudah bersama-sama sejak lama, sudah pasti…” Jongdae atau yang biasa disapa Chen itu mengangguk-angguk maklum.

 

“Ya, ya… Eh, tunggu, Sehun kemana?” Tao menautkan alisnya heran kala bangku yang tadi Sehun tempati sudah kosong melompong tanpa penghuni. Sehun menghilang begitu saja seperti diculik hantu!

 

***

 

“Yah! Jangan berlari-lari di koridor sekolah!”

 

Sehun memilih mengabaikan peringatan dari ‘entah-siapa-itu’ karena pikirannya teralihkan sepenuhnya. Seketika Sehun menghentikan langkahnya kala maniknya menangkap seorang wanita sedang duduk-duduk di bangku taman belakang sekolah. Sooyoung.

 

“Minumlah,” Kris menyodorkan mug berisi kopi panas pada Sooyoung. Sooyoung meraihnya lalu menyesapnya pelan.

 

“Aaah… kenapa anak remaja mudah terpikat soal cinta?” Sooyoung menanyai, entah pada siapa.

 

“Ck, masih kepikiran soal Sehun?”

 

“Ya, gosip aneh menyebar tentang kami dan anak itu—Anak itu, pasti di rumah aku akan di suguhinya dengan omelan dengan semangat menggebu-gebu.” Sooyoung tertawa sejenak—membayangkan omelan Sehun yang akan membuat telinganya berdeging.

 

“Masalah kecil saja selalu kau pikirkan, lihat tuh, badanmu jadi kurus dan kau gampang pucat,” Kris—yang sedang berdiri—sedikit menunduk untuk meraih kening Sooyoung, menyamakan dengan suhu tubuhnya. “Kau panas.” Sambungnya singkat.

 

Sooyoung terlihat menundukkan kepalanya, dan Sehun tahu wanita itu pasti menahan malu karena wajahnya merona. Sehun tidak bisa mengelak kendati dia ingin, Sooyoung dan Kris memang pasangan serasi. Dengan langkah gontai pemuda itu meninggalkan dua orang yang kembali mengobrol akrab di taman.

 

***

 

Tik, tok, tik, tok.

 

Hening.

 

Hanya ada suara jarum jam yang berus berputar, sekaligus suara sendok garpu yang beradu dicampur dengan kunyahan gigi Sehun dan Sooyoung yang tengah santap malam. Tidak ada yang membuka mulut lebih dulu sekedar untuk memulai percakapan, entah karena enggan atau memang gengsi. Satu yang jelas, situasi seperti ini biasanya terjadi jika Sehun sedang marah.

 

“Huft…” tanpa sadar Sooyoung menghela nafas setelah menelan kunyahan terakhirnya.

 

Kenapa keadaannya jadi diam-diaman begitu?

 

Ini diluar dugaan Sooyoung. Tidak, bahkan melebihi dugaannya. Jangankan ocehan kekesalan, pembicaraan ringan pun tidak keluar. Sebenarnya dia kenapa, sih? Sooyoung memendam pertanyaannya dalam diam. Dia hanya memperhatikan Sehun yang berwajah datar sambil terus menguyah makanan dengan tenang.

 

“Terimakasih atas hidangannya,” Sehun bangkit dan mendorong kursi setelah sebelumnya meneguk segelas air putih. “Aku mau mengerjakan PR.” Kemudian dia melangkah masuk kamar dan menutup pintunya keras.

 

Blam!

 

Bocah itu maunya apa, sih?! Kesal juga lama-lama, Sooyoung tak habis pikir reaksinya akan seperti ini. Apa Sehun masih marah karena dia memanggilnya ‘adik’? Loh, panggilan ‘adik’ apa salahnya?

 

Sooyoung tercengang. Sungguh, dia penasaran. Bukankah yang seharusnya marah itu dia? Tapi kenapa dengan Sehun? Apa salahnya sih sampai anak itu sebegitu marahnya? Akhirnya wanita berpipi chubby itu beranikan diri menghampiri pintu kamar Sehun. Kepalan tangannya sudah terangkat hendak mengetuk pintu jika saja…

 

  1. Menunggu suasana hatinya pulih dengan sendirinya.
  2. Meminta maaf secara terus terang.
  3. Melanjutkan makan dengan tenang.

 

Kenapa tiba-tiba jadi pilihan ganda? ==”

 

Sementara itu, di kamar Sehun, Sehun duduk di depan meja belajarnya dengan malas. Dia menopang dagunya yang lancip dengan tangan, sementara tangan lainnya memain-mainkan pensil mekanik 0,5mm yang dipegangnya. Sama sekali tidak ada niatan untuk mengerjakan PR jika kondisi moodnya sedang tidak baik. Sehun memang tipikal orang yang moody.

 

“Pantas saja dia marah saat Baekhyun Sunbae menyangka aku dan dia berpacaran,” gumam Sehun pada dirinya sendiri. “Mungkin dia tidak ingin gosip ini terdengar ke telinga Kris…”

 

Manik Sehun beralih pada figura kecil di sudut meja belajarnya. Terpampang sebuah foto dirinya dengan Sooyoung 4 tahun lalu, saat dia masih 13 tahun dan Sooyoung sudah 17 tahun. Di foto itu, Sehun memasang wajah konyol dan Sooyoung dan lebih memasang ekspresi bingung. Sehun ingat betul insiden foto itu. Waktu itu dia meminta foto berdua dengannya dengan sedikit paksaan. Alhasil, begitulah cetakannya di kamera. Sehun meringis melihat foto itu, membuatnya rindu masa lalu.

 

Ternyata, bagi Noona, aku…

Masih tetap si kecil Sehun yang dulu.

 

Beralih ke samping figura itu, ada figura kecil lainnya yang berisi foto dirinya, Sooyoung, dan Kris yang sedang piknik bersama. Ugh, kenapa juga ada si tiang telepon itu di antara Sehun dan Sooyoung? Merusak pemandangan saja! Sehun jadi makin kesal sendiri. Lalu dia menghalangi figura itu dengan bukunya agar tak terlihat lagi.

 

“Sehunie,” suara Sooyoung membuat Sehun terlonjak. “Tenangkan suasana hatimu, kalau kau mau marah, kuterima kok… aku yang salah.” Suara Sooyoung yang lembut jujur saja sudah cukup untuk menenangkan hati Sehun. Dia selalu menyukai Sooyoung, setiap yang dilakukan wanita itu untuknya jika Sehun sedang ada masalah selalu membuat Sehun lebih tenang. Tapi akan berbeda jika masalahnya seperti sekarang.

 

Sehun hendak menyahut, dia membuka mulut tapi tak satu pun kata keluar dari bibirnya. Akhirnya dia membungkam mulutnya lagi, membiarkan Sooyoung menyelesaikan penjelasannya.

 

“Kalau kau mau, akan kutraktir es krim tingkat lima di Wayne’s bagaimana?” tawar Sooyoung. Sehun membulatkan matanya.

 

Heh?! Dia benar-benar menganggapku masih bocah!

 

Brakk!

 

Tiba-tiba, Sehun membuka pintu kencang. Tatapannya langsung tertuju pada Sooyoung begitu pun sebaliknya, karena Sooyoung sejak tadi sudah ada di depan pintu kamar Sehun. Sooyoung sontak memundurkan langkahnya saat Sehun malah berjalan mendekat. Tatapan mata Sehun memang tidak setajam tatapan mata Kris, tapi Sooyoung baru menyadari kalau Sehun punya tatapan yang begitu menusuk!

 

“Kau memang tidak mengerti!”

 

“So.. Soal apa?” tanya Sooyoung hati-hati. “Traktirannya kurang ‘wah’ ya? Baiklah jadi kau maunya di traktir apa?” tanyanya lagi.

 

“Aku tidak suka kau menganggapku seperti Sehun kecil yang dulu, aku sudah berubah, Noona! Dan, apa kau pikir bisa menyembuhkan sakit hatiku hanya dengan es krim? Kau punya cara yang lebih manusiawi tidak?!” terdengar nada menuntut atas jawaban sekaligus pertanyaannya.

 

Sooyoung tertegun, baru kali ini Sehun berani memarahinya—membentaknya dengan suara keras. Dan, entah kenapa ada sesuatu dalam diri Sooyoung yang ingin membuat pemuda itu kembali tenang dan bersikap manis padanya. Sesuatu itu apa?

 

Sooyoung terus melangkah mundur hingga dia tahu tubuhnya sudah tertahan dinding, Sehun terus mendekat sementara dia mulai panik. Kedua tangan Sehun berhasil membatasi pergerakan Sooyoung.

 

“Jadi, kau maunya apa?” kembali dengan nada hati-hati, Sooyoung bertanya.

 

“Kencan,” singkat, padat, dan jelas. Juga penuh tuntutan!

 

“Ya?” Sooyoung memastikan.

 

“Berkencanlah denganku, satu kali saja.” Sehun menunduk lebih dalam untuk meraih wajah Sooyoung dengan manik beningnya. Sooyoung mendongak dan pandangan mereka bertemu satu sama lain. “Aku ingin menunjukkan padamu kalau aku sudah dewasa, Noona.”

 

***

 

Dengan segala babibu, akhirnya hari Minggu kemudian, Sooyoung dan Sehun benar-benar berkencan di Namsan Seoul Park. Sooyoung juga kurang mengerti konsep kencan yang dibicarakan Sehun, tidak ada romantis-romantisnya.

 

“Aku tidak bisa mengajakmu pergi ke tempat yang bagus, tidak apa-apa kan hanya di taman saja?” tanya Sehun.

 

“Harusnya aku yang tanya begitu padamu, kalau aku sih tak masalah.” Jawab Sooyoung sekenanya, melihat sekeliling mereka pasangan-pasangan yang sedang berkencan juga.

 

“Aku juga tak masalah, selama itu denganmu, kemana pun itu tidak apa-apa.” Sehun tersenyum, memandangi wajah Sooyoung penuh arti. Sedetik Sooyoung jadi salah tingkah, tapi wanita itu terlalu pintar menutupinya.

 

“Ya, ya, aku tahu.” Sahut Sooyoung malas.

 

“Hanya bercanda, kok. Nah, ayo kita naik ke atas menara.” Ajak Sehun kemudian.

 

“Ha… Hanya bercanda?” pipi Sooyoung seketika merona. Entah kenapa dia jadi malu sendiri karena tadi sudah sempat ke‘geer’an.

 

Choi Sooyoung berjalan membuntuti Oh Sehun dari belakang. Membiarkan pemuda yang lebih tinggi darinya itu menuntunnya ke suatu tempat. Sooyoung mengenakan blazer biru terang dengan rambut dikucir satu ke atas, menyisakan poni pagarnya dan membiarkan pipi chubby-nya terlihat jelas. Dengan jeans hitam dan sepatu kets oranye, penampilan yang cukup simpel tapi tidak norak, untuk ukuran seorang guru tentunya. Sementara Sehun dengan kaos oblong dan kemeja kotak-kotak yang sengaja tak dikancingkannya.

 

Mereka sampai di puncak menara Seoul, Namsan Tower. Orang yang berhilir mudik memandang mereka dengan pandangan tak terdefinisikan. Jelas saja, mereka terlihat serasi dengan pakaian casual dan wajah tampan-cantik. Orang yang tidak kenal mereka saudara pasti mengira mereka adalah sepasang kekasih.

 

“Ah, lihatlah anak muda sekarang, begitu manis.” Bisik seorang ibu-ibu pada temannya.

 

“Ya, mereka sangat cocok, serasi sekali!” balas ibu yang satunya dengan terkagum-kagum.

 

Sehun yang tidak sengaja mendengarnya hanya tersenyum-senyum tidak jelas, sementara Sooyoung merasa risih dibicarakan seperti itu. Sooyoung mendekat ke samping Sehun dan menarik pelan ujung kemeja pemuda itu, Sehun menoleh karenanya.

 

“Sebenarnya kita mau apa di sini? Tidak bisa ke cafe saja lalu makan biasa? Kau yakin tidak mau es krim?” terpeta sekali raut wajah Sooyoung yang tidak suka mendengar percakapan para ibu itu.

 

“Aku ingin di sini, kalau dari puncak menara Seoul langitnya terlihat lebih indah, Noona.” Sehun mengeluarkan sesuatu dari ransel yang dibawanya, buku sketsa dan pensil 12 warna. Lalu menyerahkannya pada Sooyoung. “Ini musim semi, aku pikir kau mau menggambarkan sesuatu untukku? Aku rindu gambar buatanmu.” Tutur Sehun.

 

Sooyoung melihat buku sketsa itu ragu. “Tapi, Sehun-a…”

 

“Ah, kau ingat tidak dulu kita selalu berlomba menggambar berdua? Ayo kita berlomba lagi sekarang! Aku sangat merindukan hal itu, Noona.” Kenang Sehun dengan senyumnya yang membuat Sooyoung merasa jadi orang paling jahat sedunia karena tak bisa memenuhi permintaan pemuda itu.

 

“Tidak bisa,” Sooyoung menghela nafas berat sebelum melanjutkan, “Aniyo, aku tidak mau.” Katanya dingin. Sedetik kemudian Sooyoung sadar dia baru saja menolak ajakan Sehun.

 

“Tidak mau menggambar?! Kenapa? Padahal burung sedang berkicauan dengan bahagia, matahari bersinar cerah dan awan berkilauan. Pemandangan yang bagus untuk menggambar!” Sehun meyakinkan. Sooyoung menggeleng lemah.

 

“Jangan berlebihan, Sehun. Ini hanya hari musim semi biasa, tidak ada yang spesial. Aku hanya sedang tidak dalam suasana hati ingin menggambar. Apa boleh buat?”

 

Sehun menatap Sooyoung kecewa. “Aku sudah tidak pernah melihatmu menggambar apalagi melukis,” Ungkapnya terus terang. “Apa kau sudah berhenti?” tidak, kumohon jawab tidak, Noona.

 

Sooyoung terdiam sejenak. Teringat lagi kejadian setahun lalu yang membuatnya berhenti memegang kuas dan kanvas. Dia tidak bisa, atau lebih tepatnya tidak mau melakukan hal itu lagi. Ingatannya tidak mau menambah luka, lagi. Harapannya menjadi pelukis memang sudah pupus sejak setahun silam. Tidak ada seorang pun yang tahu—dan boleh tahu—apa alasan sebenarnya Sooyoung berhenti. Perpindahannya secara tiba-tiba dari jalur mengajar Kesenian ke jalur mengajar Bahasa Jepang pun kurang jelas, dan agak janggal. Memang, awalnya Sooyoung adalah Guru yang mengajar seni.

 

Tidak. Lupakan, Choi Sooyoung!

 

Sooyoung menarik kedua ujung bibirnya—memaksakan senyum, “Aku—Aku hanya sedang lelah, jangan berpikir terlalu jauh.” Tersenyum, Sooyoung mengacak rambut Sehun berusaha bersikap biasa.

 

Jujur Sehun sangat kecewa mendengarnya, tapi dia berusaha membalas senyum Sooyoung, “Kalau begitu… kau simpan saja dulu buku sketsa dan pensil warna ini. Lain kali saja kita menggambar, oke?”

 

“Kau… tidak apa-apa?” Sooyoung memastikan.

 

“Tak apa, kapan pun kau mau, aku akan menunggu sampai kau mau menggambar lagi denganku. Ehm, sebagai permintaan maaf aku yang akan beli minuman.” Sehun berlalu meninggalkan Sooyoung yang berdiri kaku mengenggam barang pemberiannya. Sooyoung melihat buku sketsa itu nanar.

 

‘Lain kali’ yang kau katakan itu, maaf jika aku tidak bisa mewujudkannya…

 

Sehun menggenggam dua botol minuman kaleng di tangannya erat, setelah tadi ia membelinya. Sehun tahu, Sooyoung berbohong, Sooyoung berbohong padanya. Cih, Noona macam apa yang tidak menepati janji? Sooyoung bodoh! Jujur, rasa kecewa Sehun melebihi rasa kesalnya pada Sooyoung atas insiden ‘gosip aneh’ itu.

 

Tiba-tiba saja terlintas lagi dalam benaknya percakapan tak di sengaja dengan Baekhyun beberapa hari yang lalu. Rasanya percakapan itu terdengar begitu menyedihkan sekarang.

 

“Oh ayolah, Noona. Kau penuh akting di sekolah ini, bahkan setiap hari kau pasang senyum palsu pada semua murid, ck.”

 

“Benar kata Sehunie, tuh! Sonsaengnim memang bermuka dua, senyumnya saja tidak pernah tulus!”

 

Kemudian dia mengingat wajah Sooyoung yang tersenyum dengan paksa, barusan. Jelas sekali itu bukan senyuman tulus, itu senyum keputusasaan yang melelahkan. Payah, bukan senyum pemaksaan itu yang ingin dia lihat. Dia ingin melihat senyum tulus Sooyoung, senyum  lembut seperti dulu. Apa tidak bisa?

 

***

 

yeaahh, ini dia updetannya. semoga tidak mengecewakan anda sekalian karena entah kenapasaya kurang mood menulis yang chap2 ini?

36 Comments Add yours

  1. cica berkata:

    kenaoa soo gak mau nglukis lagi?
    nextnya ditunggu 🙂

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      kenapa ya, ayo nantikan jawabannya.. hahaha

      Suka

  2. WINTERCHAN berkata:

    Ahahahaha. gatau kenapa si Baekhyun bikin ngakak banget XD
    woah Sehun udah gede, tapi masih cadel ga? aokaok
    update soon ya 🙂

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      emang sehun cadel yak?
      baru tahu. LOL

      Suka

      1. WINTERCHAN berkata:

        kayanya sih cadel (?)

        Suka

  3. kenianurasha berkata:

    Ada apa soo brenti nglukis? 😮
    Suka bgt pas baekhyun nge wawancarain..
    Keren ffnya.
    Jarang2 ada yg buat sepupuan bs jd cinta..
    Lanjut ya.. Jangan lama2 kalo bs 😀

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      aku rasa itu nggak cinta, tapi cuma… *ehm*
      oh ya aku juga suka baekhyunnya, xD
      thx for comment!

      Suka

  4. Febryza berkata:

    Sejujurnya walaupun disini cast utamanya sehun dan ceritanya bagus aku malah berharap kalo sooyoung jadinya sama kris loh author entah kenapa haha

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      kok gitu sih?
      entar sehun nya marah sama kamu loh

      Suka

  5. @Sung_SooAe berkata:

    eh…. kenapa sama soo eon?? aduh thor bingung ngingung deh *jngn dngrkan*

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      kalau bingung minum minum oskadon, (loh?)

      Suka

  6. sookrisdaughter berkata:

    baekhyun nya bikin ngakak lolol

    jadi penasarannn, update soon ya thor!^^ fighting

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      bacon memang bakat jad1 pelawak /digampar/
      ne, gomawo chingu! ^^

      Suka

  7. Choi Je Kyung berkata:

    Keke~
    Lucu banget pas baekhyun ngewawancarai soo eonnie seperti wartawan asli saja!
    Btw soo eonnie kenapa berhenti melukis chingu?
    Next part di tunggu 😀

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      kayaknya dia memang ada bakat jadi wartawan xD
      tunggu jawaban sooyoungie di next part, ne… gomawo

      Suka

  8. dinaalifa berkata:

    yah, tbc nya cepet banget
    masih penasran sama alesannya soo
    keep writing thor^^
    ditunggu banget lanjutannya 😀

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      kecepetan? padahal kukira udah panjang soalnya lebih dari 3000word, hehe.
      jangan bosen2 nangkring di wp ini ya chingu, muehehe…
      gomawo

      Suka

  9. diamond kim berkata:

    chingu ini ff aku tunggu in lho selama ini,,,,,
    aku kenal ff ini pertama kali di exoshidaefanfic,,,
    makanya ak ngunjungin blog itu tiap hari cuma buat ngecheck an involed love udah di post belum,,,
    dan setelah nemu ff an involed love part 2,,
    asal chingu tahu, aku langsung sujud syukur lho chingu *gakadayangnanya
    but aku suka anget lho ff ini,,,
    ditunggu part 3 nya ,,,
    FIGHTING !!!

    Suka

    1. wufanneey berkata:

      wah masasih? aku blushing baca komen kamu loh, kekeke.
      dan makasih udah suka sama ffku yang (menurutku) biasa banget banget…
      mungkin chapter selanjutnya juga bakal lebih cepet aku post di sini atau mungkin ga akan aku kirim ke exoshidae lagi. jadi sering2 mampir aja, hehehe (modus)

      Suka

  10. rifqoh wafiyyah berkata:

    Soo unnie knpa??kok gk mau nglukis lagi??
    Daebak thor..

    Suka

  11. mia berkata:

    gregetan sama tingkah sehun
    tapi suka 😀
    soo unni belum peka sama perasaan sehun
    akhhhhhhhhh suka

    Suka

  12. yeni swisty berkata:

    itu soo knpa gk mau gambra lagi?

    Suka

    1. yeni swisty berkata:

      *gambar

      Suka

  13. kartika berkata:

    partnya baekhyun bikin ngakak 😀 nggak tau kenapa aku ikutan bingung sooyoung pindah haluan dari lukis ke guru bahasa jepang. tapi tetep suka walaupun udah dua kali baca 🙂

    Suka

  14. FAnoy berkata:

    Sooyoung ngapain pindah? Ada apa dengan melukis? Apakah sooyoung tidak melukis lagi karena ada kecelakaan?(?) Tauk deh..unnie bikin bingung orang aja..keep writing..fighting ‘-‘)9

    Suka

  15. soo unnie kenapa?
    nih sehun ada-ada saja, kok syoo unnie di ajak kencan. ngaku2 punya 3 anak lagi! ckckck
    lanjut…

    Suka

  16. @agilrestuuu berkata:

    astaga bagian baekhyun emang bikin ngakak 😀
    suka sama tingkahnya sehun bikin gregetan ..
    polos lucu aaaa kereennn

    Suka

  17. ssss berkata:

    Je tothe jak
    Sehun greget bingit ye, 🙂

    Suka

  18. YSA berkata:

    kyaaa Sehun cemburu kekeke~

    Suka

  19. fathiyahazizah berkata:

    Baekhyun mah ngaco banget -,-
    Thehun galon ya :/
    Hahahah kasian #plaakk

    Suka

  20. riyalva07 berkata:

    Thehun pengen punya anak tiga? Ga kurang banyak?
    Penasaran sama soo kenapa ga mau ngelukis lagi…

    Suka

  21. rinaknight berkata:

    Next thor,…

    Suka

  22. wiiaawiyu berkata:

    Baekhyun lawak lawak 😀 jadi pengganti sule aja deh…. tapi knp soo gamau gambar lagi?????

    Suka

  23. yoonade berkata:

    Hahahaha… Sehun itu lucu banget sih, udah g’ mau dibilang anak kecil tp masih aja suka ngambek, kan sm aja mindset’y masih anak kecil, tp kasihan juga sih dia nya.. Cuma yah gak bisa nyalahin soo eonni jg, kan klo ce yg ditaksiir lebih tua yah harus ekstra kerja keras dong pdkt’y hun 😊…

    Suka

  24. Sehun dan baekhyun ngatain soo unni masang snyum palsu kn soo unni ngerasa deh..duhh kok soo unni ngk mau mlkis lgii knpa ea..next part yaa chingu…

    Suka

  25. helmaharani berkata:

    Wah, suka banget sma sehun yang cemburuan~~

    Suka

Tinggalkan komentar